Kata Luhut, biaya investasi untuk Blok Masela turun dari US$ 22 miliar menjadi US$ 15,5 miliar berkat Arcandra. Perhitungan itu dibuat setelah Arcandra melakukan pertemuan dengan operator Blok Masela, Inpex Corporation, pada akhir Juli lalu.
Berdasarkan perkiraan SKK Migas yang diumumkan saat pembahasan Plan of Development (POD) akhir tahun lalu, pengembangan Blok Masela dengan skema kilang di darat (onshore) membutuhkan biaya kurang lebih US$ 19,3 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara harga minyak saat ini berada di kisaran US$ 50/barel. Anjloknya harga minyak membuat biaya-biaya untuk konstruksi dan jasa penunjang untuk pengeboran minyak menjadi lebih murah.
Dengan asumsi kondisi seperti sekarang, maka biaya investasi untuk pengembangan Blok Masela bisa turun menjadi US$ 15,5 miliar. Penurunan terjadi bukan karena pemangkasan, melainkan dampak merosotnya harga minyak.
"(Biaya investasi untuk pengembangan Blok Masela bisa turun) Karena harga minyaknya turun, penawarannya bisa relatif rendah, makanya jasa penunjang over supply. Apalagi sekarang kan pakai onshore, teknologinya lebih mudah," kata Muliawan saat ditemui di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Senin (21/8/2016).
Tapi angka US$ 15,5 miliar yang disebut oleh Arcandra saat bertemu dengan Inpex itu masih perhitungan kasar, atau semacam survei pasar saja.
Sementara saat dihubungi detikFinance kemarin, Juru Bicara Inpex Corporation, Usman Slamet, menyatakan pihaknya akan terus berdiskusi dengan pemerintah untuk mempercepat pengembangan Blok Masela, mencari cara bagaimana agar ladang gas dengan cadangan 10 triliun kaki kubik (TCF) ini bisa ekonomis untuk digarap.
"Sekarang kita sedang berbicara insentif dengan pemerintah dan SKK Migas agar proyek ini bisa cepat berjalan. Kita juga ingin Blok Masela cepat jalan," tutupnya. (wdl/wdl)