Luhut membandingkan Aramco dengan Rosneft, raksasa perminyakan asal Rusia yang menjadi partner Pertamina dalam pembangunan kilang Tuban. Dibanding Rosneft, progres proyek yang dikerjakan Aramco tergolong lambat.
"Itu (komitmen di RDMP Dumai dan Balongan) yang tadi kita kejar. Aramco ini agak lambat prosesnya, malah sekarang yang cepat Rosneft dari Rusia. Kita harap selesai (proyek RDMP) 2021," kata Luhut usai rapat di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (24/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belakangan, BUMN perminyakan Arab Saudi ini bahkan meminta porsi kepemilikannya di kilang Cilacap diturunkan dari 45% menjadi hanya 30%. Kemungkinan karena masalah keuangan.
"Dia bilang (RDMP Cilacap selesai) 2022. Kita bilang kamu harus seperti Rosneft. Jangan hanya omong-omong doang, kita maunya kongkrit. Yang di Cilacap malah mereka minta share down dari 45% ke 30%," paparnya.
Luhut tak mengetahui persis alasan Aramco ingin menurunkan kepemilikannya. Menurutnya, lebih baik Pertamina mengambil porsi lebih besar saja agar proyek bisa berjalan lebih cepat.
"Saya nggak tahu (alasannya), tanya saja dia (Aramco). Pertamina saja, Pertamina punya uang kok," pungkasnya.
Sebagai informasi, saat ini kapasitas terpasang seluruh kilang Pertamina mencapai 853 ribu barel per hari (bph). Sedangkan kebutuhan minyak Indonesia tercatat sebesar 1,57 juta bph.
RDMP Cilacap merupakan satu dari empat proyek RDMP Pertamina yaitu Balongan, Dumai, dan Balikpapan. Apabila seluruh RDMP ini selesai, maka kapasitas keempat kilang itu akan naik dari 820 ribu bph menjadi 1,61 juta bph. (ang/ang)











































