Olah Minyak di Singapura, Pertamina: Impor BBM Turun 1 Juta Barel/Bulan

Olah Minyak di Singapura, Pertamina: Impor BBM Turun 1 Juta Barel/Bulan

Michael Agustinus - detikFinance
Rabu, 31 Agu 2016 17:27 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - PT Pertamina (Persero) sejak Juni 2016 telah menandatangani kesepakatan kerja sama pengolahan minyak dengan Shell Eastern International Trading Company (SIETCO) yang berkedudukan di Singapura. Kontrak kerja sama berlangsung hingga Desember 2016.

Minyak yang diolah kilang Shell di Singapura tersebut berasal dari Lapangan West Qurna I di Irak. Lapangan tersebut dikelola besama oleh Pertamina dan ExxonMobil. Minyak bagian Pertamina inilah yang diolah menjadi bensin RON 88 alias premium.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, menyebut kerja sama ini sebagai salah satu upaya Pertamina mewujudkan cita-cita kemandirian energi di Indonesia. Berkat kerja sama ini, impor bahan bakar minyak (BBM) jenis premium turun 1 juta barel per bulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang ada potensi CPD (Crude Processing Dealing), memanfaatkan crude Pertamina di Irak. Target kita 1 juta per bulan. Ini upaya kita mengurangi impor langsung," kata Dwi dalam konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (31/8/2016).

Keuntungan lain dari kerja sama ini adalah Pertamina bisa memperoleh premium dengan harga lebih murah sekitar 15%. "Sudah tentu lebih efisien. Dalam proses tender terakhir disampaikan, minus alfa semakin tinggi. Lebih baik daripada kalau kita beli langsung BBM," paparnya.

SVP Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina, Daniel Purba, menambahkan bahwa sebelumnya Pertamina telah melakukan seleksi ketat untuk mencari mitra pengolahan minyak dari Irak. Akhirnya kilang Shell di Singapura yang terpilih setelah melalui proses panjang.

"CPD kita lakukan bekerja sama dengan Shell. Kita menghubungi kilang-kilang di seluruh Asia Pasifik untuk menjajaki pengolahan minyak mentah Pertamina dari Irak. Sebelumnya minyak dari Irak kita pasarkan di internasional. Tapi daripada kita hanya jual saja, kenapa tidak kita masak di kilang di Asia Pasifik dan kita ambil untuk mengurangi pembelian BBM secara langsung?" dia menerangkan.

Selain premium, minyak mentah dari Irak juga akan diolah menjadi pertamax mulai September nanti. "Di kuartal IV kita jajaki Pertamax volumenya 1 juta barel," ungkap Daniel.

Minyak mentah hasil produksi Pertamina di Aljazair dan Pertamina, sambungnya, kemungkinan juga akan diolah di kilang luar negeri. Sebab, skema ini ternyata lebih efisien dibanding mengimpor BBM secara langsung.

"Kita juga ada minyak mentah di Aljazair dan Malaysia. Kalau kita bisa dapat nilai lebih dengan kita proses di luar, itu kita jajaki. Kita lihat keekonomiannya," pungkasnya. (ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads