Harga Gas di RI Tinggi, Industri Baja: Kami Minta Turun Jadi US$ 5/MMBtu

Harga Gas di RI Tinggi, Industri Baja: Kami Minta Turun Jadi US$ 5/MMBtu

Yulida Medistiara - detikFinance
Senin, 05 Sep 2016 18:46 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Harga gas industri di Indonesia mahal dibandingkan negara tetangga. Hal ini membuat produk lokal kalah saing dibandingkan produk impor.

Situasi dikeluhkan para pelaku industri, salah satunya dari sektor besi dan baja. Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia ( IISIA), Hidayat Tri Saputro, mengatakan saat ini harga gas untuk industri baja paling mahal di daerah Sumatera Utara sebesar US$ 10,87/MMBtu.

"Harga gas yang dibebankan ke industri baja, yang paling tinggi di Sumut yaitu US$ 10,87/MMBtu, harga tergantung lokasi. Ya jelas menyulitkan posisi industri baja untuk berkompetisi secara wajar dan sehat. Apalagi untuk bersaing dengan sesama anggota ASEAN," kata Hidayat ketika dihubungi detikfinance, Senin (5/9/2016)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan harga gas negara tetangga lainnya di ASEAN dan Cina, di bawah harga jual gas di Indonesia, yaitu sekitar US$ 5/MMBtu. Hal itu menyebabkan produk baja lokal kalah bersaing.

"Makanya banyak impor baja yang masuk ke Indonesia, selain dari Cina, salah satunya lagi dari Vietnam," ujar Hidayat.

"Itu hanya salah satu faktor, selain faktor harga impor yang kebanyakan unfair dumping. Asosiasi baja minta turun US$ 5/MMBtu. Syukur-syukur bisa kurang, mengingat harga gas di negara-negara ASEAN sesuai info yang ada di bawah US$ 5/MMBtu," ujarnya.

Tingginya harga gas dibanding negara tetangga mempengaruhi harga baja dalam negeri menjadi lebih mahal.

"Harga gas sangat berkorelasi dengan efisiensi, harga baja jadi mahal karena ongkos produksinya jadi mahal," kata Hidayat. (hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads