Pemerintah sebelumnya mengusulkan target lifting sebesar 760.000-800.000 bph. Tapi DPR meminta target lifting dinaikkan karena produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, masih bisa ditingkatkan dari 165.000 bph menjadi 200.000 bph.
Tambahan produksi dari Banyu Urip sebesar 35.000 bph inilah yang menjadi dasar perhitungan bahwa lifting minyak tahun depan bisa sampai 815.000 bph. Maka produksi dari Banyu Urip harus ditingkatkan menjadi 200.000 bph tahun depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski SKK Migas sebelumnya keberatan bila produksi Blok Cepu dinaikkan, namun itu harus dilakukan karena sudah menjadi kesepakatan bersama pemerintah dan DPR.
"Kan kemarin sudah disuruh. Jadi Komisi VII sudah meminta SKK migas menyetujui gitu kan," ucap Amien.
Dia mengingatkan, peningkatan produksi minyak Blok Cepu ke angka 200.000 bph mengandung risiko besar untuk negara. Ada bahaya kerusakan alat-alat kalau produksi dipaksakan sampai 200.000 bph.
Pihak asuransi tak mau menanggung biaya perbaikan yang timbul akibat produksi yang dipaksakan terlalu tinggi. Maka kalau terjadi kerusakan, negara yang harus menanggung seluruh biayanya.
"Salah satu misalnya gini, kalau produksi di atas 185.000 bph, garansi dari kontraktor EPC 1 nggak berlaku. Misalnya catatan gitu, banyak catatannya," tutur Amien.
Produksi minyak dari Blok Cepu juga sulit mencapai angka 200.000 bph sepanjang tahun. Maka amat berat untuk mencapai target lifting 815.000 bph.
"Produksi 200.000 bph kan nggak bisa full. Pasti ada shut down, ya ada maintenance pasti tekor dari 200.000 bph itu," tutupnya. (dna/dna)