"Kami sedang mendiskusikan bersama Jakpro. Mereka sedang memilih pemenang investor dalam proyek ini dan kami tentu sangat tertarik pada ini," ujar Pasi Mikkonen, di Kemenperin, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (6/9/2016).
"Kami mencoba membangun power plant yang membakar limbah sampah, sampah padat, yang dimasukkan ke dalam boiler, jadi sampah memang bisa dibakar menggunakan biomassa, batu bara dan gas seperti yang Anda ketahui tapi dalam hal ini full menggunakan limbah," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencananya pabrik ini berkapasitas 20-25 MW. Diperkirakan pembangunan power plant membutuhkan waktu 2,5-3 tahun. Nantinya, Fortum juga akan melirik kota lain seperti Surabaya, Sulawesi, Medan, Semarang, Bandung setelah memenangkan tender Jakpro.
Staf Ahli Menteri Bidang Penguatan Struktur Industri Kemenperin, Ngakan Timur Antara mengatakan, bahwa saat ini pembangkit listrik tenaga sampah masih dilakukan beberapa riset oleh perusahaan dalam negeri. Sementara Fortum ingin berinvestasi di karena menguasai teknologi merubah sampah menjadi tenaga listrik.
"Dari fortum ingin investasi di Indonesia di mana pada dasarnya menguasai teknologi yaitu berubah sampah tenaga listrik. Mereka sudah menjajajki dengan Pemda DKI, nanti Pemda DKI dipakai jadi enter pointnya setelah itu menjajaki ke kota lain karena mereka mengetahui permalsalahan sampah itu menjadi masalah di beberapa kota," ujar Ngakan.
Nantinya jika menang, Fortum akan menggandeng perusahaan lokal untuk memilah sampah. Pasokan sampah akan bersumber dari Tempat Pembuangan Sampah Akhir Bantar Gerbang. Selain perusahaan asal Finlandia yang mengikuti tender, ada juga perusahaan Australia.
Ngakan mengatakan, nantinya pemenang tender terkait tarif harus didiskusikan dengan PLN karena nanti PLN yang akan mendistribusikan listrik di wilayah Jakarta. Fortum mengatakan sampai saat ini belum berdiskusi dengan PLN terkait dengan pembangkit listrik tenaga sampah.
Selain berinvestasi di PLTs, Fortum juga ingin berinvestasi di energi terbarukan. "Kami juga menemukan solusi energi terbarukan di Indonesa dan juga kami tertarik pada biomassa, geothermal, dan solar. Solar adalah yang paling banyak kami investasikan ke India," ujarnya.
"Kami tertarik ada energi terbarukan khususnya kasusnya di Indonesia buka biomassa, solar, sampah, dan geotermal dan reaktor tersebut bukan di tingkat 1 juta MW, tapi gas biomassa mungkin lebih dari 100 MW tapi itu adalah yang kami lihat setelah proyek ini," imbuhnya. (hns/hns)











































