Asumsi Indonesian Crude Price (ICP) dalam RAPBN 2017 ditetapkan US$ 45/barel, naik dibanding asumsi ICP dalam APBN-P 2016 yang sebesar US$ 40/barel.
Bagaimana dampaknya pada harga solar subsidi tahun depan?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi yang perlu dipertimbangkan, saat ini harga minyak mentah sudah di kisaran US$ 50/barel. Kalau rata-rata harga minyak tahun depan tetap di kisaran US$ 50/barel atau di atasnya, maka subsidi solar pasti jebol.
"Kalau asumsinya US$ 45/barel masih masuk. Tapi faktanya harga minyak sekarang kan sudah di atas US$ 45/barel, sudah US$ 50/barel," kata Bambang, saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (8/9/2016).
Bila subsidi tak cukup, maka pemerintah harus mengevaluasi, ada kemungkinan harga solar dinaikkan. "Prinsipnya evaluasi tiap 3 bulan, kalau nggak cukup nanti pemerintah yang memutuskan apakah harga naik atau nggak," ujarnya.
Meski demikian, patokan ICP US$ 45/barel dinilai Bambang sudah cukup realistis. Sebab, bisa saja harga minyak mentah kembali turun. "Tapi asumsi ICP US$ 45/barel itu realistis, kita kan belum tahu harga minyak Brent US$ 51/barel itu bertahan terus atau nggak," ucapnya.
Sementara itu, Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja, mengungkapkan ada kemungkinan harga solar subsidi naik tahun depan karena naiknya asumsi ICP dan pengurangan subsidi.
Tetapi pihaknya masih akan melakukan perhitungan matang terlebih dahulu. "Kita lihat dulu hitung-hitungannya. Secara logika sederhana, tentu harga refrensi MOPS yang kita pakai naik juga," tutupnya. (wdl/wdl)