8 cluster kilang mini ini lokasinya semuanya berdekatan dengan lapangan minyak marjinal, daerah yang sulit dijangkau. Bahan bakar minyak (BBM) dari kilang-kilang mini ini akan didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan di wilayah sekitarnya.
Dengan begitu, biaya distribusi BBM ke daerah-daerah marjinal itu dapat dihemat. Pertamina tak perlu bersusah payah mengantarkan BBM dengan berbagai moda transportasi ke wilayah-wilayah itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemungkinan Oktober-November ini kita tender secara bertahap, akan kita tandingkan 8 cluster ini siapa yang menawar paling baik. Tentu kita pilih investor dengan penawaran yang paling bagus," kata Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja, saat berdiskusi di Gedung Migas, Jakarta, Jumat (9/9/2016).
Wirat mengungkapkan, sudah banyak calon investor untuk 8 cluster kilang mini tersebut. Dirinya berharap proyek kilang mini digarap oleh investor dari dalam negeri.
"Akan sangat baik kalau investornya dalam negeri. Sudah banyak yang menyampaikan secara lisan," tutupnya.
Berikut 8 cluster kilang mini yang ditetapkan Kementerian ESDM:
1. Cluster I Sumatera Utara (Rantau dan Pangkalan Susu). Produksi minyak tahun 2015 sebesar 3.617 bph.
2. Cluster II Selat Panjang Malaka (EMP Malacca Strait dan Petroselat). Produksi minyak tahun 2015 sebesar 4.427 bph.
3. Cluster III Riau (Tonga, Siak, Pendalian, Langgak, West Area, Kisaran). Produksi minyak tahun 2015 sebesar 2.391 bph.
4. Cluster IV Jambi (Palmerah, Mengoepeh, Lemang, Karang Agung). Produksi minyak tahun 2015 sebesar 1.914 bph.
5. Cluster V Sumatera Selatan (Merangin II dan Ariodamar). Produksi minyak tahun 2015 sebesar 3.947 bph.
6. Cluster VI Kalimantan Selatan (Tanjung). Produksi minyak tahun 2015 sebesar 3.539 bph.
7. Cluster VII Kalimantan Utara (Bunyu, Sembakung, Mamburungan, Pamusian Juwata). Produksi minyak tahun 2015 sebesar 8.059 bph.
8. Cluster VIII Maluku (Oseil dan Bula). Produksi minyak tahun 2015 sebesar 3.641 bph. (dna/dna)











































