Porsi pembangkit untuk EBT pun meningkat sekitar 12,8% dalam RUPTL 2016-2025 menjadi 19,6%. Pengembangan EBT menjadi perlu dilakukan guna mengatasi persoalan sumber energi fosil (batubara lignit, gas marginal) yang semakin menipis.
"Ini adalah jalan tersendiri bagi Indonesia karena kita mempunyai hampir seluruh EBT. Yang kemudian kita perlu rencanakan baik adalah bagaimana mengintegrasikan antara demand yang sebagian untuk industri. Kalau dilihat dari kebutuhan listrik nasional, 70% nya adalah untuk kebutuhan industri. Sehingga kita harus bicara agar EBT yang digunakan untuk menyuplai listrik ke Industri," ujar Direktur perencanaan korporat PLN Nicke Widyawati dalam acara forum diskusi di IBD Expo 2016, JCC Senayan, Jakarta, Jumat (9/9/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2016-2025, nilai investasi di bidang ketenagalistrikan diperkirakan mencapai US$ 153,8 miliar atau sekitar Rp 2.30 triliun. Investasi ini sebagian besar dilakukan untuk pembangkit, transmisi dan gardu induk.
Proyek-proyek kelistrikan ini akan mendukung pertumbuhan industri nasional. Industri nasional yang tumbuh, akan menumbuhkan kembali demand di pasar, dan membuat sektor ketenagalistrikan akan bisa terserap di pasar.
"Orang-orang selalu mengatakan industri akan tumbuh ketika listrik tersedia. Kita memang harus jalan duluan. Tetapi juga harus menyesuaikan, ke mana arah industri harus berjalan," timpalnya.
Lanjut Nicke, pembebasan lahan dan pemanfaatan energi primer yang terintegrasi menjadi masalah utama dalam pertumbuhan industri hari ini.
"Minggu lalu kami melakukan monitoring ke KI Bitung. Kita sudah menyiapkan gardu induk untuk mensuplai 30 MW di awal tahun depan 180 MW. Tapi kawasan industri ini belum juga mulai dibangun karena masalah lahan. Masalah lahan juga jadi hambatan dalam pembangunan listrik," tambahnya.
"Progress Kawasan Industri Semangke misalnya, belum terencana dengan baik. Karena untuk membangun kawasan industri, bukan hanya listrik saja yang diperlukan tetapi juga infrastruktur lainnya. Hari ini masalahnya adalah pasokan gas yang harganya belum kompetitif. Ini jadi pekerjaan rumah kita bersama," pungkasnya. (dna/dna)











































