Untuk mengamankan pasokan minyak ke dalam negeri, PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya yang bernama PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) terus berupaya menguasai cadangan-cadangan minyak di luar negeri.
PIEP yang baru berdiri 1,5 tahun lalu kini sudah mengelola aset di Aljazair, Irak, dan Malaysia. Di Lapangan MLN, Aljazair, PIEP menjadi operator. Sedangkan di Lapangan West Qurna I di Irak dan di Malaysia, PIEP berperan sebagai pemegang Hak Partisipasi (Participating Interest/PI) saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai Agustus 7,89 juta barel minyak dibawa ke Indonesia. Tahun lalu 14 juta barel, tahun ini bisa 16 juta barel," kata Slamet dalam diskusi di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (16/9/2016).
Total produksi minyak dan gas PIEP di Irak, Aljazair, dan Malaysia mencapai 120.000 barel oil equivalent per day (boepd), terdiri dari minyak 85.000 barel per hari (bph) dan gas 35.000 boepd.
"Saat ini 120.000 boepd rata-rata, naik 40-50 persen dibanding saat PIEP baru berdiri. Target produksi kita tahun ini 104.000 boepd, jadi sudah di atas target. Sedangkan tahun 2015 114.000 boepd. Target kita tahun depan 126.000 boepd," paparnya.
Produksi migas PIEP sebanyak 120.000 boepd itu sebanyak itu tak semuanya dapat dibawa ke Indonesia. Ada yang harus diserahkan sebagai bagian negara pemilik ladang migas. Lalu tak semua minyak dapat diolah di kilang-kilang Pertamina.
Jenis minyak dari Aljazair dan Irak tak cocok dengan spesifikasi kilang di Indonesia. Itulah sebabnya Pertamina melakukan kerja sama dengan Kilang Shell di Singapura untuk mengolah minyak dari Lapangan West Qurna I menjadi bensin RON 88.
Tapi dengan adanya proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) untuk 4 kilang dan pembangunan 2 Grass Root Refinery (GRR) yang dijalankan Pertamina, ke depan semua minyak dari ladang PIEP dapat diolah di dalam negeri.
"Sekarang 80 persen dibawa ke dalam negeri. Tahun-tahun ke depan kita olah seluruhnya di kilang di dalam negeri. Semakin banyak bisa diproduksi, makin banyak yang bisa dibawa ke dalam negeri," tukas Slamet.
PIEP membidik produksi migas hingga 650.000 boepd di 2025 dan 700.000 boepd di 2030, naik 5 kali lipat dibanding sekarang. Maka Pertamina akan semakin agresif mencaplok ladang-ladang migas di luar negeri demi ketahanan energi nasional.
"Kita menargetkan produksi 600-650 ribu boepd di 2025 dan 700.000 boepd di 2030 untuk mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional. Tahun 2030 kebutuhan minyak kita 2 juta bph, produksi dari dalam negeri paling 600 ribu bph, maka kita harus semakin banyak mengambil aset di luar negeri untuk mengamankan pasokan," tutupnya.
(dna/dna)











































