Gali Minyak di Gurun Sahara, Pertamina Hadapi Panas Hingga Badai Pasir

Gali Minyak di Gurun Sahara, Pertamina Hadapi Panas Hingga Badai Pasir

Michael Agustinus - detikFinance
Jumat, 16 Sep 2016 18:12 WIB
Foto: Arifin Asydhad
Jakarta - Sebagai satu-satunya BUMN perminyakan, PT Pertamina (Persero) memegang peranan penting dalam menjaga ketahanan energi nasional. Pertamina melalui anak usahanya, PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) terus melebarkan sayap mencari minyak ke luar negeri.

Pencarian minyak ke luar negeri ini dilakukan karena cadangan di Indonesia sudah hampir habis, tinggal 3,6 miliar barel. Maka PIEP harus menguasai cadangan-cadangan minyak di luar negeri untuk mengamankan pasokan ke Indonesia.

Salah satu ladang minyak PIEP berada di tengah Gurun Sahara, Aljazair, yaitu Lapangan MLN. PIEP adalah operator Lapangan MLN sejak 2013. Ada sekitar 300 orang Aljazair dan 30 orang Indonesia yang dipekerjakan PIEP di tengah padang pasir ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lapangan MLN di tengah padang pasir, pegawai kita 300 orang lokal dan 20-30 orang Indonesia. Ini lapangan yang pertama dioperasikan langsung oleh Pertamina di luar negeri," kata Presiden Direktur PIEP, Slamet Riadhy, dalam diskusi di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (16/9/2016).

Tak mudah mengoperasikan Lapangan MLN, kondisi alamnya keras. Para pekerja PIEP harus beraktivitas di tengah suhu udara yang amat panas. Suhu rata-rata di Lapangan MLN sekitar 35 derajat celcius. Di waktu-waktu tertentu, suhunya dapat mencapai 58 derajat celcius.

Untuk mencegah kelelahan akibat sengatan panas dan dehidrasi, PIEP menyediakan ruangan khusus bagi para pekerjanya. Setiap 2 jam sekali, para pekerja beristirahat di ruangan berpendingin ini dan minum. Setelah itu baru mereka melanjutkan lagi pekerjaannya.

"Suhu enaknya 35 derajat celcius, paling panas 58 derajat celcius. Tiap 2 jam kita sediakan mereka ruangan berpendingin, minuman, baru mereka kerja lagi," tutur Slamet.

Selain itu, Lapangan MLM juga kerap diserang badai gurun. Bila badai menerjang, operasi terpaksa dihentikan agar tidak merusak mesin-mesin.

"Badai gurun itu betul-betul kencang sekali, gelap, pasir semua. Kalau pasirnya masuk ke mesin repot, mesti kita matikan dulu," tutupnya.

Sebagai informasi, Lapangan Minyak MLN dan fasilitas produksi dibangun oleh Burlington Resources pada 2003 yang kemudian diakuisisi oleh ConocoPhillips pada 2006. Lapangan ini berada di tengah-tengah Gurun Sahara, yang merupakan salah satu deretan gurun terindah di dunia.

Pada 2013, Pertamina mengakuisisi kepemilikan ConocoPhillips sebesar 65% dan menjadi operator. Sisa kepemilikan 35%, saat ini dimiliki Repsol yang sebelumnya dimiliki Talisman Energy.

MLN berproduksi pertama pada 2003. Puncak produksi minyak sekitar 24.000 barel per hari dengan injeksi gas 140 juta kubik (MMSCFD). Rata-rata produksi minyak dari lapangan ini sekarang sekitar 14.200 barel per hari (bph). (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads