Nantinya hasil produksi PLTB itu akan dibeli oleh PT PLN dengan harga 10,98 sen per KWh sampai gardu terdekat. Rini mengatakan bahwa PLTB ini akan dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 30 hektar.
Di area tersebut akan berdiri 21 menara turbin yang masing-masing akan menghasilkan sekitar 3 sampai 3,5 megawatt energi listrik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun material PLTB di Jeneponto ini adalah menara setinggi 120 meter dan jari-jari turbin dengan diameter 90 meter.
"Semua material saat ini pure 100% dari Denmark," kata Rini di Kopenhagen Denmark, Senin (19/9/2016).
![]() |
Belum ada konten lokal di PLTB Jeneponto. Namun ke depan Rini akan meminta BUMN dan swasta di Indonesia bisa menyediakan material untuk PLTB.
"Apakah nanti bajanya dari Krakatau Stell, kemudian menaranya dari Barata. Nanti akan kita siapkan konten lokal untuk proyek PLTB," kata Rini.
Direktur Perencanaan Koporat PT PLN Nicke Widyawati mengatakan Power Purchase Agreement (PPA) ini akan berlaku selama 25 tahun dengan sistem Build on Transfer (BOT). Nantinya setelah itu, proyek ini akan menjadi milik Indonesia.
"Kita pakai BOT. Setelah 25 tahun proyek jadi milik kita," kata Nicke di tempat yang sama.
Selain di Jeneponto, kata Nicke, PT PLN saat ini tengah melihat sejumlah daerah di Indonesi yang memiliki potensi energi angin besar. Salah satu yang dinilai memiliki potensi energi angin adalah di Jawa Barat.
"Ada di Jawa Barat itu kurang lebih yang diprediksi bisa menghasilkan 200 sampai 400 megawatt," tambah Nicke. (erd/ang)