Luhut: Kami Tak Mau Jor-joran Ekspor Gas Lagi

Luhut: Kami Tak Mau Jor-joran Ekspor Gas Lagi

Michael Agustinus - detikFinance
Selasa, 20 Sep 2016 13:22 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Plt Menteri ESDM Luhut Binsar Panjaitan menyatakan bahwa Indonesia tak mau lagi jor-joran ekspor gas. Kini alokasi gas diprioritaskan untuk domestik, baru sisanya diekspor.

Gas bumi yang baru-baru diproduksi akan diolah di dalam negeri agar bernilai tambah. Yang tetap diekspor adalah penjualan gas yang sudah terikat kontrak jangka panjang.

"Gas kita tidak akan ekspor lagi kecuali yang sudah kontrak. Kita akan proses di dalam negeri karena diproses di dalam negeri itu akan meningkatkan nilai tambah," kata Luhut dalam saat ditemui di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (20/9/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu industri yang akan dikembangkan untuk menciptakan nilai tambah dari gas di dalam negeri adalah petrokimia. "Kita akan menggunakan gas-gas seperti dari Natuna, kita akan bawa ke Jawa, Sumatera, Kalimantan sampai jadi petrochemical," ujarnya.

Selain itu, gas akan dimanfaatkan sebagai sumber energi yang meningkatkan daya saing industri di dalam negeri. Sebagai negara produsen gas, maka sudah seharusnya industri di Indonesia bisa menikmati gas dengan harga lebih murah dibanding negara-negara yang tak punya sumber gas.

Kementerian ESDM masih mengupayakan penurunan harga untuk industri, salah satunya dengan memangkas penerimaan negara dari gas bumi. Saat ini industri membeli gas dengan rata-rata harga hingga US$ 10/MMBtu, diharapkan bisa turun sampai US$ 6/MMBtu.

Idealnya, Luhut menambahkan, negara tak lagi mengejar pendapatan dari gas, melainkan multiplier effect yang dihasilkan dari gas. Dengan harga gas murah, industri di dalam negeri bisa lebih efisien sehingga lebih bergeliat, lapangan kerja pun tercipta, kontribusi pajak yang dibayar juga jadi lebih banyak.

"Sekarang kita lagi simulasi berapa persen yang bisa kita kurangi sehingga nilai tambahnya di hilir banyak, sedang kita bicarakan dengan Bu Sri Mulyani (Menteri Keuangan). Kita ingin gas jadi prime mover economy. Industri hilir di hilir bisa dapat gas US$ 5-6/MMBtu. Ini harus bisa kita lakukan," papar Luhut.

Multiplier effect dari penurunan harga gas diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. "Rakyat harus menikmati buah dari setiap policy yang dibuat pemerintah," pungkasnya. (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads