Cost recovery adalah biaya operasi yang dihabiskan oleh perusahaan-perusahaan yang menjadi kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk memproduksi migas, biaya ini harus diganti oleh negara.
Dalam APBNP 2016, cost recovery tahun ini dianggarkan sebesar US$ 11,6 miliar. Luhut meminta SKK Migas memangkasnya menjadi US$ 10,4 miliar karena banyak biaya yang bisa diefisienkan. Dalam 2 minggu, harus sudah diperoleh penghematan sebesar US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 15,6 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luhut menilai, biaya yang diklaim oleh para KKKS banyak yang terlalu tinggi. SKK Migas harus teliti, kalau perlu menyewa konsultan untuk mengevaluasi cost recovery yang diminta KKKS.
"Menurut saya banyak cost-cost yang bisa kita turunkan. Mungkin bisa kita hemat sampai triliunan. Kalau perlu cari konsultan, mana yang pantas dan tidak pantas di-cost recovery. Kalau pantas, yang benar angkanya berapa," paparnya.
Dia menegaskan, SKK Migas harusnya tidak asal menyetujui saja cost recovery yang diminta KKKS. Harga alat-alat untuk produksi migas, biaya-biaya rapat, biaya komunikasi, semuanya harus diteliti. Jangan sampai negara ditipu oleh korporasi-korporasi migas.
"Kita nggak mau diakalin, kita mau lihat benar-benar, pantas nggak angka-angka ini. Selama ini kita terima saja, itu yang saya tidak setuju. Terus terang kita take it for granted saja. Coba lihat dulu, itu yang kita mau," tandas Luhut.
Tapi, Luhut juga berpesan agar penurunan cost recovery ini tak sampai menurunkan produksi migas nasional. SKK Migas harus melakukan terobosan.
Cost recovery tahun depan juga harus diturunkan lebih jauh lagi sampai di bawah US$ 10 miliar. Meski cost recovery dipangkas, target lifting minyak 815.000 barel per hari (bph) dan gas 1,1 juta barel oil equivalent per day (boepd) harus tercapai. Ini tantangan Luhut untuk SKK Migas.
"Kita coba, lifting tidak boleh turun, tapi cost recovery turun. Jangan business as usual. Kalau business as usual itu bukan prestasi. Untuk tahun depan, saya mau di bawah 10 miliar dolar," ucapnya.
Sementara itu, Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, mengatakan bahwa pemangkasan cost recovery tentu membuat KKKS mengurangi pengeluaran untuk biaya produksi migas, maka capaian lifting migas bisa menurun. "Setiap pengurangan biaya produksi tentu akan berdampak pada penurunan lifting," tutupnya. (dna/dna)











































