Dalam PP 1/2014, relaksasi ekspor konsentrat dibatasi sampai 11 Januari 2017 dan setelah itu hanya mineral yang telah melalui proses pemurnian yang bisa diekspor, tidak ada lagi ekspor konsentrat alias mineral setengah jadi yang masih terhitung mentah. Tujuannya ialah mendorong hilirisasi mineral yang menciptakan nilai tambah di dalam negeri.
Melalui revisi aturan ini, Luhut memperpanjang relaksasi ekspor konsentrat antara 3 sampai 5 tahun sejak PP baru diberlakukan. Aturan baru rencananya disahkan dalam waktu dekat, artinya pelonggaran bakal diberlakukan sampai 2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait hal ini, Direktur Utama PT Vale Indonesia Tbk, Nico Kanter, meminta pemerintah benar-benar mempertimbangkan pembukaan ekspor mineral mentah. Situasi di tiap komoditas mineral berbeda.
Ada komoditas yang masih sedikit smelternya, misalnya tembaga. Tapi ada juga komoditas yang sudah banyak smelternya, misalnya nikel. Untuk komoditas mineral yang sudah siap industri pengolahannya, tentu kebijakannya harus dibedakan dengan komoditas yang belum siap.
"Kita mengharapkan pemerintah membuat kebijakan yang berkeadilan. Mungkin diberlakukan tidak secara keseluruhan, harus dilihat komoditasnya, comparative advantage-nya. Kami mengharapkan kebijakan itu tidak diberlakukan menyeluruh, dilihat mineralnya," kata Nico usai rapat di DPR, Jakarta, Selasa (4/10/2016).
Vale sendiri adalah salah satu perusahaan tambang yang sudah melakukan hilirisasi di dalam negeri. Perusahaan tambang asal Brasil ini sudah memiliki fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel dengan kapasitas 80.000 metrik ton per tahun. Smelter Vale mampu mengolah nikel dengan kadar di bawah 1,8 persen.
"Kalau kita mengolah nikel dengan kadar 1,5 sampai 1,6 persen. Kalau di kami, 1,8 persen masih bisa kita proses. Kapasitas kita sekarang 80.000 metrik ton, mau kita tingkatkan lagi sampai 90.000 metrik ton per tahun," ucapnya.
Nico juga memberi pertimbangan bahwa pembukaan ekspor biji nikel akan mempengaruhi harga di pasar global. Di tengah ambruknya harga komoditas mineral saat ini, sebaiknya pasokan mineral mentah dikendalikan supaya harga tak semakin jatuh.
Toh pendapatan yang diperoleh dari ekspor biji nikel tak seberapa. Jadi pembukaan ekspor tambang mentah, khususnya biji nikel, harus dipertimbangkan dengan baik.
"Nilai yang didapat hanya 10-15 persen kalau nikel ore. Ini perlu disikapi dengan bijak. Kita mesti berhati-hati, apakah itu treatment yang baik," pungkasnya. (dna/dna)











































