"East Natuna ternyata ada sedikit masih putus, tapi dalam 1 bulan ke depan akan selesai. Ada masalah teknis yang masih dibicarakan. Tapi sudah sangat maju," kata Luhut saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (5/10/2016).
Dia mengungkapkan bahwa konsorsium Pertamina, ExxonMobil, dan PTT masih bernegosiasi dengan pemerintah soal bagi hasil (split) di Blok East Natuna. "Masalah bagi-bagi kuenya," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaliknya saat harga minyak melambung tinggi, bagian negara harus lebih besar. Prinsipnya 'sharing the pain, sharing the gain'.
Saat ini pemerintah dan konsorsium masih belum sepakat soal pembagian hasil saat harga minyak rendah dan saat harga minyak tinggi.
"Kita mau lihat di harga berapa mau kita bikin. Kita mau kaitkan nanti antara harga tinggi dan harga rendah. Jadi sharing pain dan sharing gain. Kalau kita terlalu kaku juga nanti orang nggak ada yang mau," tutupnya.
Blok East Natuna memiliki cadangan gas sebesar 46 triliun kaki kubik (TCF), lebih dari 4 kali lipat cadangan gas Blok Masela. Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan agar pengembangan Blok East Natuna dikebut.
Sebab, lokasi Blok East Natuna termasuk dalam 9 garis batas di Laut Cina Selatan yang diklaim China sebagai wilayahnya. Maka blok ini harus segera digarap untuk menunjukkan kedaulatan Indonesia. (dna/dna)