Bisnis retail LNG ini sekarang sedang dalam tahap pilot project alias uji coba di Balikpapan, dan akan segera diuji coba juga di Bali. LNG dijual per 150 liter, diangkut dengan mobil tangki khusus kepada pembeli.
"Sekarang ada retail LNG. Bus, mobil bisa pakai LNG. Restoran, mal di Balikpapan pakai LNG. Sekarang mau kita perkenalkan juga di Bali. Cuma 150 liter yang retail," kata Vice President LNG Pertamina, Didik Sasongko Widi, dalam media briefing di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (7/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"LNG untuk kereta api sudah kita uji, hasilnya baik. Kalau harga minyak nggak drop, kita lakukan pengembangan mulai 2018, kita suplai pakai general cargo. Demand kita lihat untuk Pantura 5 MMSCFD," Didik menambahkan.
Untuk saat ini, LNG baru dijual secara retail di beberapa kota saja karena keterbatasan akses. Sebenarnya potensi pasar LNG cukup besar karena harganya lebih ekonomis dibanding solar dan Liquified Petroleum Gas (LPG). Harga LNG eceran ini lebih murah US$ 1/MMBtu dibanding solar, dengan LPG selisih harganya lebih lebar lagi.
"US$ 1/MMBtu lebih murah daripada solar, LPG non subsidi lebih mahal lagi. Baru di Balikpapan sama Bali sekarang, daerah lain terkendala masalah akses untuk mendatangkan LNG. Ini masih pilot project, tapi hasilnya di Balikpapan bagus," ujarnya.
Keunggulan lainnya adalah penggunaan LNG lebih aman dibanding LPG. Sebab, massa LNG lebih ringan sehingga tidak mudah terbakar seperti LPG.
"Keuntungannya dibanding LPG adalah aman, kalau bocor ke atas karena ringan, kalau LPG di bawah. Jadi relatif lebih aman," tuturnya.
Ke depan, LNG eceran diharapkan bisa menjadi salah satu energi alternatif untuk menggantikan LPG. "Kalau kita kembangkan secara massal, kita berharap bisa menggantikan LPG. Kalau pun nanti kita impor LNG, kan lebih murah dibanding LPG," pungkas Didik. (wdl/wdl)











































