PLN Minta Diskon Harga Gas dan Batu Bara dari Sesama BUMN

PLN Minta Diskon Harga Gas dan Batu Bara dari Sesama BUMN

Michael Agustinus - detikFinance
Kamis, 13 Okt 2016 19:18 WIB
PLN Minta Diskon Harga Gas dan Batu Bara dari Sesama BUMN
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - PT PLN (Persero) mengaku selama ini membeli batu bara dan gas dengan harga mahal. Padahal, bahan bakar untuk pembangkit listrik dibeli dari sesama badan usaha milik negara (BUMN). Batu bara banyak dibeli dari Bukit Asam, gas dari Pertamina dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN).

Direktur Utama PLN, Sofyan Basir, menyebut 'saudara-saudaranya' itu malah menjual bahan bakar dengan harga relatif lebih murah pada pihak swasta. Kini PLN mulai meminta penurunan harga dari mereka agar biaya produksi listrik bisa lebih murah.

"Kami sebenarnya membayar jauh lebih mahal dibanding mereka menjual ke swasta atau pihak lain. Kami harus mulai mengevaluasi efisiensi-efisiensi untuk diri kami sendiri," kata Sofyan, dalam rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (13/10/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Negosiasi telah dilakukan oleh PLN, agar bisa mendapatkan sumber energi dengan harga lebih murah. Hasilnya, pada 2015 lalu PLN berhasil memperoleh efisiensi sampai Rp 40 triliun dari penurunan harga bahan bakar.

"Sudah kita evaluasi semua, mahal kemarin-kemarin. Sekarang sudah mending, turun. Kita dapat efisiensi Rp 40 triliun energi primer dari harga dan volume dari situ. Semua beli dari BUMN, turunin harganya," ujarnya.

Tapi PLN menilai masih bisa dilakukan efisiensi lagi. Negosiasi harga bahan bakar dengan sesama perusahaan pelat merah masih terus dilakukan. "Nggak, masih tetap, pokoknya turun. Semuanya harus turun lagi. Kalau dia bisa ngasi ke si A 10, ke saya harus 9, maksimum 10," tukas Sofyan.

Penurunan harga bahan bakar ke tingkat yang wajar ini dilakukan supaya masyarakat bisa mendapatkan listrik dengan harga lebih rendah. Kalau harga listrik murah, beban masyarakat berkurang, industri pun lebih berdaya saing.

"(Batu bara) PT BA kita ongkosnya berapa, jaraknya berapa, kita kaji. Kenapa kita beli lebih mahal? Kalau dulu kan penugasan-penugasan, sekarang keekonomiannya harus dihitung dengan baik. Kalau listrik naik, masyarakat marah," pungkasnya. (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads