Supaya Listrik di Papua Murah, PLN Manfaatkan Air dan Matahari

Supaya Listrik di Papua Murah, PLN Manfaatkan Air dan Matahari

Michael Agustinus - detikFinance
Selasa, 18 Okt 2016 18:00 WIB
Supaya Listrik di Papua Murah, PLN Manfaatkan Air dan Matahari
Foto: Wilpret Siagian
Jakarta - Tantangan terbesar yang dihadapi PT PLN (Persero) dalam upaya melistriki kabupaten-kabupaten di pedalaman Papua dan Papua Barat adalah kondisi geografis berupa gunung-gunung, hutan lebat, dan minimnya infrastruktur perhubungan.

Untuk melistriki daerah-daerah pedalaman Papua, PLN biasanya menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Biaya angkut solar untuk bahan bakar PLTD ke daerah-daerah itu sangat tinggi.

Sebagai gambaran, biaya pengangkutan bahan bakar minyak (BBM) untuk Kabupaten Mamberamo Tengah sebesar Rp 31.173 per liter, yang berarti biaya produksi listrik per kWh di Kabupaten Mamberamo Tengah sebesar Rp 10.167/kWh atau 900% dari harga jual rata-rata PLN Papua ke masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ke depan, agar biaya produksi listrik di Papua bisa lebih murah, PLN akan memperbanyak penggunaan potensi-potensi energi lokal di Papua, energi baru terbarukan (EBT) akan lebih dikembangkan.

Sumber energi terbarukan yang paling banyak potensinya di pedalaman Papua adalah air sungai dan sinar matahari, maka pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) akan dibangun untuk menggantikan peran PLTD.

Dengan begitu, listrik di daerah pegunungan Papua tak perlu bergantung pada pasokan solar yang mahal. Cukup menggunakan sumber-sumber energi terbarukan di daerahnya masing-masing.

"Kalau nggak ada jalan darat (untuk mengirim BBM), lewat udara juga susah, pakai PLTS saja," kata Direktur Bisnis Regional Maluku-Papua PLN, Haryanto WS, saat dihubungi detikFinance, Selasa (18/10/2016).

Semakin terpencil lokasi kabupaten, semakin tidak efisien juga membangun pembangkit listrik yang menggunakan energi fosil di sana. Harus dicari sumber energi alternatif yang tersedia untuk jangka panjang di daerah itu sendiri.

"Makin ke dalam, makin mahal. Kita akan terus mencari sumber-sumber energi setempat," ucap Haryanto.

Energi terbarukan yang digunakan akan disesuaikan dengan kondisi di daerah masing-masing.

"Kita lihat daerahnya.Misalnya di Wamena, banyak awannya, nggak cocok kalau pakai PLTS," tutupnya. (ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads