Untuk melistriki daerah-daerah pedalaman Papua, PLN biasanya menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Biaya angkut solar untuk bahan bakar PLTD ke daerah-daerah itu sangat tinggi.
Sebagai gambaran, biaya pengangkutan bahan bakar minyak (BBM) untuk Kabupaten Mamberamo Tengah sebesar Rp 31.173 per liter, yang berarti biaya produksi listrik per kWh di Kabupaten Mamberamo Tengah sebesar Rp 10.167/kWh atau 900% dari harga jual rata-rata PLN Papua ke masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumber energi terbarukan yang paling banyak potensinya di pedalaman Papua adalah air sungai dan sinar matahari, maka pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) akan dibangun untuk menggantikan peran PLTD.
Dengan begitu, listrik di daerah pegunungan Papua tak perlu bergantung pada pasokan solar yang mahal. Cukup menggunakan sumber-sumber energi terbarukan di daerahnya masing-masing.
"Kalau nggak ada jalan darat (untuk mengirim BBM), lewat udara juga susah, pakai PLTS saja," kata Direktur Bisnis Regional Maluku-Papua PLN, Haryanto WS, saat dihubungi detikFinance, Selasa (18/10/2016).
Semakin terpencil lokasi kabupaten, semakin tidak efisien juga membangun pembangkit listrik yang menggunakan energi fosil di sana. Harus dicari sumber energi alternatif yang tersedia untuk jangka panjang di daerah itu sendiri.
"Makin ke dalam, makin mahal. Kita akan terus mencari sumber-sumber energi setempat," ucap Haryanto.
Energi terbarukan yang digunakan akan disesuaikan dengan kondisi di daerah masing-masing.
"Kita lihat daerahnya.Misalnya di Wamena, banyak awannya, nggak cocok kalau pakai PLTS," tutupnya. (ang/ang)











































