Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, menjelaskan ada tiga faktor yang membuat harga BBM di Papua dan Papua Barat Mahal. Pertama, belum adanya lembaga penyalur, khususnya di wilayah pemekaran.
Kedua, infrastruktur jalan darat yang tidak mendukung distribusi memakai mobil tanki BBM. Ketiga, keterbatasan dan ketahanan stok BBM di lembaga penyalur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehingga distribusi BBM harus menggunakan pesawat udara yang menjadikan biaya distribusi sangat tinggi," lanjut Dwi.
Untuk mengatasi masalah harga itu, Pertamina telah menyiapkan 4 program utama agar bisa terjadi satu harga BBM di Papua dan Papua Barat. Empat program itu adalah, mengembangkan lembaga penyalur BBM di 8 Kabupaten, membangun dan mengembangkan kapasitas tempat penyimpanan BBM (storage).
Kemudian, mengoperasikan pesawat air tractor dengan kapasitas 4.000 liter untuk mengangkut BBM. Terakhir, Pertamina menetapkan kebijakan subsidi silang, di mana untuk Papua dan Papua Barat kami perkirakan sekitar Rp 800 miliar per tahun. (hns/hns)











































