Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I), Jonatan Handoyo, mengatakan banyaknya smelter yang dibangun justru memberikan risiko tersendiri bagi kelangsungan industri di sektor ini.
Karena, saat ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tak punya data yang cukup valid yang bisa dijadikan acuan bagi pelaku usaha.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanpa data yang valid, aku dia, akan memberikan risiko bagi pelaku industri smelter. Mereka khawatir usahanya tak berjalan lama karena tiba-tiba cadangan bahan baku tambang habis.
"Yang paling lucu itu timah. Mereka (Kementerian ESDM) mengumumkan 500 ribu ton cadangannya. Tapi produksinya dalam 1 tahun 250 ribu ton. Ini berarti dalam 2 tahun sudah habis dong cadangannya. Ceritanya (datanya) ngaco," pungkas dia. (dna/hns)











































