Jokowi memerintahkan, kalau harga premium dan solar di Jawa Rp 6.450/liter dan Rp 5.150/liter,warga Papua juga harus bisa membeli dengan harga yang sama. Saat ini harga BBM di daerah pegunungan Papua sangat mahal, Rp 60.000-100.000/liter.
Bukan hanya masyarakat Papua saja yang diuntungkan oleh program BBM Satu Harga ini. PT PLN (Persero) juga ikut gembira karena biaya angkut solar untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) juga bisa jadi lebih murah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan harga BBM turun jadi single price seperti sekarang, tentu harapannya biaya produksi listrik kita di Papua juga turun," kata Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN, I Made Suprateka, dalam diskusi di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Jumat (21/10/2016).
Untuk menerangi kabupaten-kabupaten di pegunungan Papua, PLN harus menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Solar untuk PLTD-PLTD di pedalaman Papua ini dibawa dari depo Pertamina dan diangkut dengan berbagai moda transportasi, mulai dari truk hingga helikopter.
Biaya angkut solar dari depo Pertamina ke pedalaman Papua amat mahal karena alat transportasi yang mendistribusikannya harus menggunakan BBM dengan harga sangat tinggi. Kalau alat-alat transportasi ini bisa memperoleh BBM dengan harga seperti di Jawa, maka biaya angkut solar PLN bisa turun.
"Sekarang kita ngambil ke depo Pertamina, angkut sampai ke pembangkit kami. Kalau banyak pengecer dan pom bensin di mana-mana, mungkin lebih turun lagi. Truk, kapal, helikopter yang angkut BBM untuk pembangkit PLN harusnya biaya angkutnya turun. Mudah-mudahan BBM satu harga menurunkan biaya transportasi di sana," papar Made.
Namun, BBM Satu Harga tidak otomatis menurunkan biaya transportasi BBM untuk PLTD. Sebab, perusahaan jasa transportasi yang disewa PLN belum tentu mau menurunkan tarifnya.
"Efeknya memang tidakk semudah membalik telapak tangan," tutup Made. (ang/ang)











































