JK menyatakan, Presiden Jokowi sudah menginstruksikan agar dalam 2 bulan ke depan dilakukan pengkajian cara untuk menurunkan harga gas untuk industri di dalam negeri.
"Presiden instruksikan 2 bulan dikaji. Semua proses diefisenkan mulai proses dalam negeri sampai distribusi dan trader-nya. Kalau banyak cukup satu PGN atau Pertamina agar harga turun. Jadi awal Desember lah mestinya," papar JK di kampus Universitas Padjajaraj, Jatinagor, Sumedang, Senin (24/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga gas industri di Malaysia adalah US$ 6,6/MMBtu. Harga di hulu US$ 4,5/MMBtu, lalu ada biaya transmisi US$ 1,6/MSCF, dan biaya distribusi US$ 0,5/MSCF.
Di Thailand, rata-rata harga gas di hulu US$ 5,5/MMBtu, tarif transmisi US$ 0,8/MSCF, dan biaya distribusi US$ 1,2/MSCF, sehingga menjadi US$ 7,5/MMBtu di tangan pengguna.
Sedangkan di Indonesia harga gas industri rata-rata US$ 8,3/MMBtu. Di hulu US$ 5,9/MMBtu, tarif pipa transmisi US$ 1,5/MSCF, dan tarif pipa distribusi US$ 1,5/MSCF.
Harga gas di Malaysia lebih murah karena mereka tidak menjadikan gas sebagai komoditas, tidak ada penerimaan negara dari gas. Di hulu, Negeri Jiran mengorbankan pendapatan bagian negara, hanya ada pendapatan bagian kontraktor saja.
Sedangkan Thailand harga gasnya dipatok berdasarkan harga minyak dunia. Ketika harga minyak sedang rendah seperti sekarang, industrinya bisa memperoleh gas dengan harga murah.
Indonesia tidak memberikan subsidi untuk gas industri seperti Malaysia. Formulasi harga gas domestik juga umumnya tidak berpatokan pada harga minyak, tapi bersifat tetap (fix) plus kenaikan tahunan (eskalasi) yang juga tetap, misalnya 2% per tahun.
"Malaysia tidak ada share (bagian) untuk negara, mereka menggunakan sistem subsidi. Thailand harga gasnya di-link ke harga minyak, kalau minyak tinggi jadi tinggi. China lebih mahal karena mereka banyak gas impor," Wirat menjelaskan.
Diakui Wirat, memang benar harga gas di Indonesia relatif mahal dibanding Malaysia dan Thailand, tapi selisihnya tidak besar.
"Jadi Indonesia relatif tinggi tapi nggak jauh banget. Memang lebih tinggi misalnya dari Thailand, tapi nggak jauh," tutupnya. (wdl/ang)











































