Impor Migas RI Bisa Meroket Sampai 3 Juta Barel/Hari di 2025

Impor Migas RI Bisa Meroket Sampai 3 Juta Barel/Hari di 2025

Michael Agustinus - detikFinance
Sabtu, 29 Okt 2016 13:33 WIB
Foto: Getty Images
Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan bahwa kebutuhan energi Indonesia pada 2025 bakal mencapai 7,49 juta barel setara minyak per hari (barel oil equivalent per day/boepd). Sekitar 47% di antaranya atau 3,75 juta boepd adalah migas.

Sementara produksi migas Indonesia sekarang hanya 2,2 juta boepd dan terus menurun secara alamiah kalau tidak ada penemuan sumber-sumber migas baru. Tanpa upaya khusus, produksi migas Indonesia tinggal 800.000 boepd di 2025.

Sekarang Indonesia sudah mengimpor minyak sebanyak 800.000 bph. Kalau tidak ada antisipasi, Indonesia akan mengimpor minyak dan gas sampai 3 juta boepd 9 tahun lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun 2025 kebutuhan energi kita 7,49 boepd. 47 persen dari migas. Artinya 2025 kita butuh produksi 3,75 juta boepd. Produksi kita sekarang sekitar 2,2 juta boepd. Sementara produksi kita di 2025 kalau tidak ada upaya khusus tinggal 400.000 barel per hari untuk minyak dan gas 400.000 boepd gas," papar Kepala Divisi Humas SKK Migas, Taslim Z Yunus, dalam diskusi di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (29/10/2016).

Taslim menambahkan, kegiatan eksplorasi untuk pencarian cadangan-cadangan migas baru harus digiatkan agar ketergantungan pada impor migas bisa diminimalkan. Perlu dibuat kebijakan-kebijakan yang menarik minat investor mencari migas di Indonesia.

"(Impor migas 3 juta boepd) Itu kalau business as usual. Harus ada perubahan besar. Kuncinya adalah eksplorasi. Reserve Replacement Ratio kita jauh di bawah 100 persen. Untuk jangka panjang, mau tidak mau harus eksplorasi. Kiya harus bisa mendorong perusahaan-perusahaan minyak eksplorasi ke 72 cekungan yang belum dieksplorasi. Sekarang orang baru mau eksplorasi sudah dipajakin, ini nggak lazim di dunia," ujarnya.

Masalahnya, sekarang perusahaan-perusahaan migas enggan melakukan eksplorasi di Indonesia. Banyak pajak dan regulasi yang menyulitkan investor. Kata Taslim, Indonesia termasuk dalam 13 negara dengan iklim investasi hulu migas terburuk di dunia.

"Daya saing bisnis ini dibanding negara tetangga makin menurun. Kita masuk 13 negara terbawah dari 126 negara. Ini tantangan kita bagaimana menarik investor melakukan eksplorasi di Indonesia," katanya.

Indonesia memang bukan lagi negara kaya minyak dan gas. Cadangan migas Indonesia yang jumlahnya hanya 1% cadangan migas dunia tak seberapa dibanding Rusia, Iran, Arab Saudi, Amerika Serikat (AS), dan sebagainya. Tapi meski demikian, masih banyak cadangan di Indonesia yang belum ditemukan.

"Cadangan minyak kita nggak sampai 1% cadangan dunia, gas juga. Tapi dari sekian banyak cekungan, kita meyakini masih banyak migas di Indonesia. Sekarang kita eksplorasi 86% di daerah yang sudah mature. Potensi terbesar sebenarnya adalah di gas. Cekungan-cekungan kita lebih banyak mengandung gas ketimbang minyak," Taslim menuturkan.

Pihaknya berharap revisi atas Undang Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Migas) bisa menjawab persoalan ini. Iklim investasi di sektor hulu migas harus diperbaiki agar kedaulatan energi nasional tidak semakin melemah.

"UU Migas ke depan harus bisa menjawab tantangan ke depan, kita perlu 3,75 juta boepd di 2025. Revisi UU ini harus menjawab ketahanan dan kedaulatan energi kita," tutupnya. (ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads