Direktur Utama PEL, Gembong Primadjaja, menjelaskan pihaknya tengah mengupayakan agar aliran air dingin storage mini LNG tersebut bisa dipakai untuk air conditioner (AC) di Bandara Ngurah Rai.
"Kita sekarang kan simpan energi dingin dan dibuang percuma. Kita ingin air dingin dipakai agar bisa menggantikan buat pengganti AC di bandara, sehingga bisa menghemat listrik," ucap Gembong, ditemui di Pelabuhan Benoa, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (3/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Istimewa |
"Air dingin dikirim dari sini, kita bikin penjernih air kemudian dikirim ke bandara dalam temperatur rendah. Air dingin itu kemudian masuk ke dalam chiller sehingga sangat efektif menggantikan AC. Tagihan listrik di bandara kan sebulan Rp 8 miliar, bisa hemat besar kalau AC bisa digantikan chiller," terang Gembong.
Dia melanjutkan, pihaknya sudah membicarakan penggunaan air dingin dari mini LNG ke pihak PT Angkasa Pura I sebagai operator Ngurah Rai.
"Sudah dibicarakan, tapi belum secara tertulis. Kalau chiller kan listrik hanya untuk menjalankan kipas saja," ungkapnya.
Menurutnya, penggunaan air dingin yang berasal dari fasilitas LNG sudah lumrah diaplikasikan di beberapa negara maju.
"Teknologi kan sudah ada, jadi nggak perlu cari-cari teknologinya mau pakai apa. Ini bukan hal baru, di Jepang pun beberapa tempat pendingin udaranya pakai air dari LNG," pungkas Gatot. (wdl/wdl)












































Foto: Istimewa