Letaknya tak jauh dari 'calon' pulau reklamasi yang tengah panas di Bali sejak beberapa bulan belakangan, lantaran penolakan sejumlah pihak di Teluk Benoa.
Dioperasikan anak usahanya, PT Pelindo Energi Logistik (PEL), mini LNG dengan kapasitas 50 MMSCFD ini dibangun untuk memasok kebutuhan gas Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dan Gas (PLTDG) Pesanggaran berkapasitas 250 MW milik PT Indonesia Power.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang ada beberapa regasifikasi LNG yang dibangun Pertamina dan PGN. Tapi itu yang kapasitas besar dan adanya di tengah laut. Kalau ini adanya di pelabuhan, jadi dermaga sepanjang 206 meter di pelabuhan ini kita manfaatkan," kata Gembong ditemui di Pelabuhan Benoa, Kamis (3/11/2016).
Direncanakan, selain memasok gas untuk melistriki Pulau Dewata, mini LNG itu juga direncanakan akan dipakai untuk untuk mensuplai gas rumah tangga dan industri di Denpasar dan sekitarnya.
Tak hanya itu, air dingin dari penyimpanan gas cair tersebut juga akan dipakai untuk pengganti AC (air conditioner) di Bandara Ngurah Rai.
"Air dingin dialirkan ke Bandara Ngurah Rai dengan menggunakan pipa sepanjang 6 kilometer," jelas Gembong.
Mini LNG sendiri mulai dibangun pada September 2015 dan mulai beroperasi pada April 2016. Hampir pengerjaannya dilakukan oleh anak bangsa, dengan nilai investasi yang digelontorkan mencapai Rp 1,2 triliun.
Mini LNG sendiri merupakan terminal bongkar muat gas, dimana gas LNG berasal dari Bontang yang diproduksi Pertamina, diangkut menggunakan kapal dalam bentuk cair dan dikirim ke Benoa, sebelum kemudian dipindahkan ke FSU (Floating Storage Unit) untuk disimpan dan dialirkan ke FRU (Floating Regasification Unit) dan diproses kembali menjadi gas untuk dialirkan ke PLTDG.
Sementara untuk fasilitas penyimpanan FSU, menurut Gembong, pihaknya menggunakan kapal tangker yang disewa Pelindo III dari China National Offshore Oil Corporation (CNOOC). (dna/dna)











































