Pertamina Tunggu Sikap Saudi Aramco Soal Proyek Kilang Dumai dan Balongan

Pertamina Tunggu Sikap Saudi Aramco Soal Proyek Kilang Dumai dan Balongan

Michael Agustinus - detikFinance
Jumat, 04 Nov 2016 08:51 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - PT Pertamina (Persero) masih menunggu komitmen Saudi Aramco untuk kelanjutan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Dumai dan Balongan.

Head of Agrement (HoA) untuk RDMP Dumai dan Balongan sudah harus diteken sebelum 26 November 2016.

"RDMP Dumai dan Balongan, kami menunggu sampai HoA berakhir di akhir November. Jadi kita akan bicarakan dengan Saudi Aramco apakah akan bersedia paralel atau tidak. Kalau tidak, kita akan cari partner lain. Seperti arahan pemerintah, kan Dumai dan Balongan harus jalan segera juga," kata Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (3/11/2016) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dwi optimistis bisa segera mendapatkan partner baru untuk proyek RDMP Dumai dan Balongan, apabila Saudi Aramco enggan melanjutkan kerja sama dengan Pertamina.

"Banyak (calon partner lain). Seperti kemarin yang ikut seleksi kan banyak itu ada Oman, ada Thailand, Korea, banyak. Beauty contest-nya kan sudah pernah dilakukan. Kita sudah tahu mitra mana yang memiliki berkualitas, nggak milih lagi dari awal," ujarnya.

Opsi lainnya adalah Pertamina mengerjakan sendiri RDMP Dumai dan Balongan, seperti halnya RDMP Balikpapan. "Yang penting bisa segera kita mulai. Kalau sendiri, dengan pendanaan itu kira-kira 30 persen modal sendiri, 70 persen dari luar (pinjaman)," tutup Dwi.

Sebagai informasi, saat ini kapasitas terpasang seluruh kilang Pertamina mencapai 853 ribu barel per hari (bph). Sedangkan kebutuhan minyak Indonesia tercatat sebesar 1,57 juta bph.

Ada empat proyek RDMP yang dikerjakan Pertamina untuk meningkatkan produksi bagan bakar minyak (BBM) di dalam negeri yaitu RDMP Ciladap, Balongan, Dumai, dan Balikpapan. Apabila seluruh RDMP ini selesai, maka kapasitas keempat kilang itu akan naik dari 820 ribu bph menjadi 1,61 juta bph.

Selain itu, 2 kilang baru akan dibangun, yaitu Grass Root Refinery (GRR) Tuban dan Bontang. Masing-masing berkapasitas 300.000 bph. Semua proyek kilang ditargetkan selesai sebelum 2023. Kalau semuanya berjalan lancar, Indonesia tak lagi mengimpor BBM mulai 2023. (wdl/wdl)

Hide Ads