"Kami memang tahan kenaikan harga. Tapi yang ditahan itu sebenarnya solar. Solar tidak naik karena Pertamina masih punya keuntungan solar lumayan," kata Wakil Direktur Utama Pertamina, Ahmad Bambang, dalam jumpa pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (8/11/2016).
Pertamina memang pada posisi yang cukup sulit dalam menjalankan tugas penyalur barang bersubsidi. Bila keuntungan yang didapat tidak dikembalikan kepada pemerintah, maka akan menjadi temuan bagi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Solar khususnya, kata Ahmad, memberikan efek yang cukup panjang terhadap komoditas barang lainnya. Bila dinaikkan juga akan menggiring inflasi naik terlalu tinggi.
"Itu kan juga membantu pemerintah juga. Karena kalau solar naik, pasti harga angkutan dan barang naik dan terjadi inflasi," kata Ahmad.
Berbeda dengan premium. Karena penugasan, baik keuntungan maupun kerugian ditanggung oleh Pertamina. Ahmad menyatakan, seharusnya harga premium bisa diturunkan.
"Premium itu penugasan. Rugi laba itu di Pertamina. Kalau solar lebih baik tidak usah naik, premium tidak usah turun. Jadi win win. Itu di balik desainnya begitu," pungkasnya. (mkl/wdl)











































