Perjuangan 'Wanita Listrik' Menerangi Daerah Terpencil, Tidur di Hutan Hingga Diculik

Perjuangan 'Wanita Listrik' Menerangi Daerah Terpencil, Tidur di Hutan Hingga Diculik

Michael Agustinus - detikFinance
Kamis, 10 Nov 2016 11:29 WIB
Foto: Michael Agustinus
Jakarta - Sejak pertengahan 1990-an, Tri Mumpuni si 'wanita listrik' sudah keluar masuk hutan untuk menerangi desa-desa terpencil yang masih gelap gulita karena tak terjangkau PLN. Ada banyak pengalaman unik dan berkesan yang dilaluinya saat melistriki desa-desa di pedalaman.

Tri mengungkapkan, pengalaman yang paling berkesan bagi dirinya ialah tidur di hutan dan pegunungan yang dingin, mandi di sungai, dan berjalan kaki selama berjam-jam di dalam hutan untuk menuju desa.

"Pengalaman yang sangat mengesankan adalah saat tidur di bedeng di bawah pohon, kedinginan, karena angin gunung begitu kencang, mandi di sungai yang awalnya saya merasakan betapa susahnya hidup begini. Namun karena saya melihat hampir semua penduduk desa melakukan hal yang sama, lama-lama saya sangat menikmati kehidupan begitu," kata Tri kepada detikFinance di Jakarta, Rabu (9/11/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bahkan dulu pernah pada tahun 1996, saya bersama salah satu direktur program dari LPE/ESDM, mandi di sungai di tengah-tengah gunung Halimun setelah jalan kaki 9 jam untuk memasuki desa di tengah hutan itu, kita bisa merasa sangat bahagia sambil khawatir kalau-kalau ada yang melihat kita mandi dan sekarang kalau ingat, itu jadi kenangan manis banget," katanya.

Ada juga kejadian kurang baik yang dialami Tri saat masuk ke hutan melistriki desa terpencil. Di Aceh, Tri pernah diculik oleh sekelompok orang tak dikenal.

"Ada yang tidak bisa saya lupakan adalah pada saat saya 'diculik' di Aceh, karena kesalahpahaman teman-teman yang kita latih membuat turbin. Di situlah pertama kali saya merasa bahwa pilihan hidup saya berada di hutan bersama masyarakat adalah pilihan yang berat," ujarnya.

Tetapi pengalaman diculik itu tak membuat Tri kapok berkelana ke desa-desa di pedalaman. Dirinya tetap teguh memilih jalan hidup sebagai pengabdi masyarakat, menerangi desa-desa yang belum berlistrik.

"Karena akhirnya semua itu bisa teratasi dengan baik, saya merasa bahwa saat kejadian itu mungkin ujian dari Tuhan, apakah benar saya memilih jalan yang 'mendaki' ini, berada selalu dengan rakyat yang memerlukan saya atau memilih kehidupan kota dengan 'zona nikmat' yang bisa saya peroleh selama ini. Akhirnya saya tetap pada pilihan saya bahwa saya ingin menjadi orang yang bermanfaat buat sesama," tutupnya. (ang/ang)

Hide Ads