"AMT sebenarnya bukan awak langsung Patra Niaga. Tapi karyawan perusahaan jasa penyedia AMT yang disewa Patra Niaga, yaitu PT Sapta Sarana Sejahtera," kata Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Gandhi Sriwidodo, dalam konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (16/11/2016).
Gandhi menambahkan, Patra Niaga sendiri juga 'perusahaan outsourcing' yang disewa Pertamina. Walaupun masih anak usaha Pertamina, Patra Niaga hanya dikontrak dengan durasi 2 tahun untuk jasa distribusi BBM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kontrak yang kami dapat dari Pertamina juga tidak selamanya, hanya 2 tahun. Kalau diputus, kita akan kesulitan menempatkan mereka (AMT). Di luar Jawa, di wilayah Indonesia Timur itu perusahaan-perusahaan lain," tuturnya.
Lagipula distribusi BBM bukan bisnis inti Patra Niaga. Patra Niaga adalah perusahaan dagang, distribusi BBM hanya usaha sampingan. Kalau para AMT ini jadi karyawan tetap, Patra Niaga akan kesulitan mempekerjakan mereka ketika bisnis distribusi BBM sudah tidak dijalankan.
"Patra Niaga core business-nya trading, distribusi BBM bukan pekerjaan utama kita. Kontrak outsourcing itu biasa di mana-mana. Untuk yang tidak core, perusahaan melakukan itu," tukasnya.
Sementara itu, VP Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, mengungkapkan pihaknya hanya memberikan kontrak berdurasi pendek kepada Patra Niaga karena distribusi BBM harus terus dievaluasi.
Kalau perusahaan yang ditugaskan mendistribusikan BBM tidak berkinerja bagus, Pertamina harus segera menggantinya. "Kita melakukan evaluasi per 2 tahun. Kita punya target losses (BBM saat distribusi) di bawah 0,3%," tegasnya.
Meski demikian, Pertamina tetap berusaha mengakomodasi keinginan para pemogok dengan mendorong PT Sapta Sarana Sejahtera, vendor yang disewa Patra Niaga, untuk mengangkat para AMT sebagai karyawan tetap mereka.
"Kita melihat ada opsi di mana perusahaan penyedia jasa itu memberikan kepastian kerja jangka panjang pada AMT," pungkasnya. (wdl/wdl)