Premium dan solar yang diimpor dari Malaysia akan dijual Pertamina dengan harga Rp 6.450/liter dan Rp 5.150/liter, sama dengan harga premium dan solar di wilayah Indonesia lainnya.
Mulai pertengahan tahun ini, Pertamina telah memasok BBM ke Krayan dengan menggunakan pesawat dari Tarakan. Biaya angkut BBM dengan pesawat mencapai Rp 36.000/liter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Distribusi BBM terpaksa dilakukan dengan pesawat karena belum ada jalur darat ke Krayan. Kini Pertamina ingin mengimpor saja BBM dari Malaysia untuk dipasok ke Krayan agar biaya distribusi lebih efisien, tak perlu mengirim menggunakan pesawat. Maka Pertamina meminta izin pada pemerintah agar dapat mengimpor BBM dari Malaysia.
"Di Krayan belum ada jalur darat. Kalau sekarang BBM satu harga pakai pesawat udara itu kan mahal. Kalau impor yang jelas itu lebih murah. Begitu boleh kerja sama, kami mendapat izin impor, di sana (Petronas) dapat izin ekspor, nanti mobil tangki Petronas di perbatasan diganti dengan mobil Pertamina, masuk ke Krayan," ujar Wakil Direktur Utama Pertamina, Ahmad Bambang, saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (22/11/2016).
Setiap bulan akan diimpor kurang lebih 300 kiloliter (KL) BBM dari Malaysia untuk memenuhi kebutuhan penduduk Krayan. "(Impornya) Kecil karena kebutuhan mereka kecil. Krayan paling tinggi 10 ton per hari. Kalau sebulan 300 KL," ucapnya.
Impor BBM dari Malaysia untuk dipasok ke daerah perbatasan ini merupakan bagian dari program BBM Satu Harga yang ditugaskan oleh pemerintah kepada Pertamina.
Dengan adanya program BBM Satu Harga, Pertamina harus hadir di seluruh Indonesia untuk memasok BBM dengan harga yang sama. Pertamina menyiapkan dana Rp 1 triliun untuk membuat BBM satu harga di seluruh Nusantara pada 2017. "Kita siapkan Rp 1 triliun," tutup Bambang. (hns/hns)











































