Begini Perjuangan PLN Listriki Wilayah Perbatasan NTT-Timor Leste

Begini Perjuangan PLN Listriki Wilayah Perbatasan NTT-Timor Leste

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Rabu, 23 Nov 2016 08:47 WIB
Foto: Eduardo Simorangkir
Atambua - PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki program melistriki desa perbatasan sebagai bagian dari membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah perbatasan yang masih masuk dalam kerangka kesatuan NKRI.

detikFinance berkesempatan meninjau langsung lokasi desa di perbatasan NTT-Timor Leste di Desa Takirin, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, NTT. Wilayah yang hanya berjarak sekitar satu jam dari desa tersebut.

Foto: Eduardo Simorangkir

Menempuh perjalanan dari Atambua, ibu kota Kabupaten Belu, lokasi ini ditempuh sekitar 3 jam. Ada banyak medan terjal yang dilalui, mulai dari jalan yang terputus, melewati sungai, jalan berbatu, hingga hutan yang harus dibelah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Foto: Eduardo Simorangkir

Program ini sendiri dimulai pada Februari 2015. Setelah melalui survei, terpilihlah delapan desa yang ada di areal perbatasan, yang selama ini belum dialiri oleh listrik sama sekali. Asisten Manajer Perencanaan PLN Area Kupang, Albertus Koko Hendriyanto mengatakan ada beberapa hambatan dalam melakukan penyambungan transmisi hingga ke desa-desa perbatasan ini.

"Kami waktu itu setiap bulan harus melaporkan progress, karena Agustus harus sudah siap. Penebangan pohon yang melewati rumah masyarakat, izin penanaman tiangnya, dan lain-lain," ungkapnya saat ditemui di Desa Takirin, Atambua, Selasa (22/11/2016).

Foto: Eduardo Simorangkir

Namun demikian, ia mengaku warga memahami adanya upaya pembangunan transmisi yang membutuhkan kerjasama dari masyarakat, sehingga akhirnya pembangunan bisa selesai.

"Masyarakat selama ini selalu kooperatif untuk pembangunan. Memang ada beberapa kendala untuk kawasan hutan, tapi sudah dibantu penyelesaiannya oleh PLN wilayah," tutur dia.

Foto: Eduardo Simorangkir

Dalam jangka waktu kurang dari enam bulan, Desa Takirin akhirnya menjadi desa pertama yang dialiri listrik dari delapan desa di wilayah perbatasan lainnya di NTT. Kemudian menyusul desa lainnya, hingga akhirnya Desa Nananoe menjadi desa terakhir yang dialiri listrik pada tanggal 24 Desember 2016.

"Desa Nananoe menjadi yang terakhir nyala saat Desember 2015 . Kita nyalakan pertama kali untuk Gereja, untuk missa natal. Sekarang seluruh desa perbatasan sudah berlistrik," jelas dia.

Foto: Eduardo Simorangkir

Meski seluruh desa di wilayah perbatasan di Pulau Timor, NTT telah dialiri listrik, namun saat ini masih ada sejumlah desa lainnya yang masih belum dialiri listrik secara penuh. Hal ini didorong oleh belum tersedianya infrastruktur dasar yang ada seperti jalan, hingga jembatan.

Foto: Eduardo Simorangkir

General Manajer PLN Wilayah NTT, Richard Safkaur mengatakan, banyaknya wilayah yang ingin dilakukan pemekaran membuat pemerintah susah untuk melistriki daerah tersebut, lantaran infrastruktur dasar tadi yang belum terpenuhi.

"Dulu gelap karena memang infrastruktur kelistrikan belum ada. Jadi ini terkait infrastruktur lain yang simultan dibangun, jalan, jembatan. Di daerah timur Indonesia, perubahan politik terlalu cepat dari infrastruktur dasar. Masa ada kabupaten yang tidak dialiri listrik. Tapi alhamdulillah seluruh kabupaten kami di sini sudah terlistriki, walaupun belum semua 24 jam," tukasnya. (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads