Pemerintah sendiri memiliki program listrik perbatasan untuk menerangi daerah-daerah perbatasan di NTT. Kini seluruh desa di daerah perbatasan tersebut telah teraliri listrik, meskipun masih ada sejumlah daerah lainnya di NTT, khususnya Pulau Timor yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste yang sama sekali belum teraliri listrik.
Pertumbuhan infrastruktur dasar seperti jalan dan jembatan, yang lebih lambat dari perkembangan daerah di NTT menjadi salah satu kendala PLN untuk masuk melistriki daerah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Willy, sapaan akrabnya, mengatakan ia sempat ditawari oleh salah seorang anggota partai politik di Timor Leste untuk mendapatkan listrik dari negara tersebut. Tawaran datang dengan menjanjikan harga listrik yang lebih murah dari yang ada di Indonesia.
"Mereka pernah tawar datang ke saya, terus saya bilang begini, berapa sen dolar per kwh, karena memang saya tidak terlalu mengerti. Tapi saya juga berpikir, kita sudah merdeka 71 tahun, masa mereka baru 14 tahun, tapi jual listrik ke kita. Saya secara diplomatis mengatakan, cukup. Meskipun sebenarnya kita tidak cukup," ujar dia saat ditemui di kantornya, Atambua, Belu, NTT, Rabu (23/11/2016).
Ia kemudian justru menawarkan kembali untuk mensuplai listrik ke salah satu wilayah yang ada di Timor Leste.
"Malah saya tawarkan balik, saya mau suplai ke Oekusi bisa? Mereka bilang ini bisa dipikirkan. Karena mereka tidak punya power plant di sana (salah satu wilayah lainnya di Timor Leste)," ungkap dia.
Willy berujar, Kabupaten Belu sendiri memiliki infrastruktur yang cukup baik. Namun kendala kelistrikan masih terdapat di beberapa desa yang masih belum mendapatkan pasokan listrik. Untuk itu, ia berharap agar PLN bisa sesegera mungkin mensuplai listrik ke desa-desa di Kabupaten Belu yang belum terlistriki tersebut.
"Kami harapkan PLN bisa membantu sehingga Indonesia bisa terang benderang di batas sesuai program Presiden Jokowi," pungkasnya. (hns/hns)