Direktur Bisnis Regional Sumatera PLN, Amir Rosidin, mengungkapkan bahwa 'tol listrik' Kiliranjao-Payakumbuh harusnya sudah dimulai sejak 2008 alias 8 tahun lalu. Namun, proyek mangkrak selama 8 tahun karena terhambat izin kehutanan.
Sebagian lahan transmisi harus melalui hutan, izin kehutanan tidak diberikan pemerintah. Setelah adanya Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 yang dikeluarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi), barulah izin kehutanan dikantongi PLN.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekarang progres pembangunan transmisi Kiliranjao-Payakumbuh sudah 70 persen. Dari 373 menara transmisi yang harus dibangun, 273 di antaranya sudah jadi, sedang tarik kabel (stringing), 100 menara lagi sedang dalam proses pemasangan (erection).
"Sekarang proses stringing atau tarik kabel. Yang harus kita bangun 373 tower, panjangnya 125 kms. Dikerjakan sudah 2 bulan, kita harapkan selesai sampai akhir Desember sepanjang 125 km dalam 3 bulan, masih tersisa 30 km. Ke arah Payakumbuh selesai 90 km, 30 km ke arah Kiliranjao," ucap Amir.
Tol listrik Kiliranjao-Payakumbuh ini merupakan bagian dari tol listrik 275 kV Lampung-Ulee Kareng (Aceh) sepanjang 2.394 kms. Dengan adanya tol listrik ini, pembangkit-pembangkit listrik dari Sumatera Selatan bisa mengalirkan listrik hingga ke Sumatera Utara.
Sumsel kaya akan batu bara yang merupakan sumber energi termurah. Pembangkit-pembangkit batu bara berskala besar akan banyak dibangun di Sumsel, lalu listriknya dipasok ke Sumut yang sumber energinya lebih sedikit.
"Sumber energi untuk Sumatera itu kebanyakan di Sumsel, di sana ada batu bara, dibuat PLTU mulut tambang. Perlu transmisi dari Sumsel ke seluruh Sumatera untuk mengalirkan energi murah itu," papar Amir.
Kalau jaringan transmisi sudah tersambung ke seluruh Sumatera, PLN juga dapat mengurangi penggunaan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) sewaan yang biayanya tidak efisien. "Kita harus menggunakan resources daerah supaya efisien," pungkasnya. (hns/hns)