Taman ini dulunya merupakan salah satu area bekas lahan tambang yang kini telah 'disulap' menjadi seperti area hutan kota seluas 4 hektar.
Seperti pantauan detikFinance di lokasi, Jumat (16/12/2016), di dalamnya terdapat sekitar 75 jenis pohon yang dihasilkan dari nursery milik Vale Indonesia. Beberapa jenis pohon di antaranya adalah pohon Cemara, Matoa, Dengen, Meranti, Kayu Merah, dan Sukun Hutan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Taman tambang ini menjadi autentik sesuai dengan namanya, dengan sejumlah kendaraan berat proyek 'raksasa' yang dipajang seperti di museum.
Berbagai model jenis bentuk seperti ekskavator, traktor, dan truk yang biasa disebut tripple seven atau truk khusus pengangkut bahan nikel mentah tersebar di lahan seluas 4 hektar ini.
![]() |
Taman tambang ini terbuka untuk umum dan dapat dikunjungi secara gratis oleh masyarakat. Masyarakat juga dapat melakukan aktivitas outbound di dalamnya.
Hingga saat ini Vale telah melakukan rehabilitasi dengan cara menanam berbagai jenis tanaman di atas lahan yang sudah dibuka seluas 4.300 hektar.
Tiap 1 hektar lahan yang dilakukan rehabilitasi, ditanam 400 pohon, yang sebagiannya dilengkapi dengan 1.000 pohon lokal. Tahun ini jumlah luas lahan yang ditanami pohon adalah 55 hektar, sementara tahun depan ditargetkan mencapai 70 hektar.
![]() |
Perusahaan juga memiliki fasilitas kebun bibit atau nursery yang memiliki kapasitas 700.000 bibit tanamam untuk kegiatan rehabilitasi.
Seperti diketahui, Vale Indonesia merupakan perusahaan pemegang kontrak karya kerja sama (KKKS) komoditas tambang nikel, yang area konsesinya mencakup 118.435 hektar.
![]() |
Selain melakukan aktivitas penambangan, Vale Indonesia juga melakukan upaya-upaya dalam penjagaan lingkungan. Vale menginvestasikan US$ 100 juta dalam proyek pengurangan partikulat emisi dengan pemanfaatan teknologi.
Vale membangun sistem pengelolaan air limbah, merehabilitasi ratusan hektar lahan, dan merintis berbagai program terpadu pengembangan masyarakat. (ang/ang)