Cara kerjanya, adalah tabung LNG dipasang pada satu gerbong yang dilengkapi mesin pembangkit listrik tenaga berbentuk genset berbahan bakar gas yang dipasangkan tepat di belakang lokomotif.
LNG ini dikonversi menjadi energi listrik menggunakan genset ini. Listrik yang dihasilkan dari genset ini dijadikan penggerak utama mesin pada lokomotif yang ada di depannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Avitia Nurmatari |
Corporate Deputi Director Technology Enginering dan Asset PT KAI Dwiyana mengungkapkan, kerjasama yang dilakukan dengan PT Pertamina ini diharapkan terjadi efisiensi penggunaan bahan bakar.
"Karena besar harapan kami konsumsi 190 juta liter selama 2015 da kemungkinan di tahun 2016 juga sama dengan konversi LNG ini bisa berkurang," ujar Dwiyana.
Selain itu, dengan beralihnya pengguna solar menjadi LNG diharapkan bisa lebih ramah lingkungan.
"Harapan kami yang lain juga masalah isu lingkungan. Karena LNG ini kan ramah lingkungan. Jadi dua hal itu yang kami harapkan dari project ini," terang Dwiyana menambahkan.
Untuk tahap awal, kata Dwiyana, bulan ini PT KAI baru mencoba LNG satu kereta pembangkit. Pihaknya akan melakukan evaluasi terlebih dahulu sebelum diterapkan kepada seluruh kereta api.
"Ini kan ada tahapan yang harus dilalui. Karena ini sebuah inovasi yang baru. Jadi inovasi ini dicoba di satu genset, bulan berikutnya Januari ditambah, berikutnya Maret ditingkatkan tiga genset," jelas Dwiyana.
Pihaknya mengatakan, evaluasi meliputi aspek teknis, keamanan dan aspek ekonomis.
"Aspek teknis sejauh ini oke, aspek safety ini tidak kalah pentingnya, aspek ekonominya juga masuk apa tidak. Kalau semua hasilnya baik kan bisa ke genset berikutnya. Tidak menutup kemungkinan lokomotif pakai LNG," kata Dwiyana.
Sementara itu, SVP Enginering Operation dan Technology Development Direktorat Gas PT Pertamina, Tanuji, mengatakan, program diversifikasi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke sektor gas (LNG) pada sektor transportasi, khususnya Kereta Api ini merupakan salah satu bentuk keseriusan Pertamina dan KAI membantu pemerintah dalam meningkatkan ketahanan energi dan konservasi lingkungan hidup.
Tanuji menambahkan, selain sejalan dengan UU No 30 tahun 2007 tentang Energi, diversifikasi BBM ke gas juga sejalan dengan Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2014 bahwa target bauran energi pada tahun 2025 adalah 22% penggunaan gas, dan minyak bumi turun dari 46% menjadi 25%.
"Penggunaan LNG pada kereta api diproyeksikan akan memberikan penghematan belanja BBM sebesar Rp 84,5 miliar/tahun, serta lebih ramah lingkungan. Kerjasama Pertamina dan KAI ini menunjukkan sinergi antar BUMN memberikan nilai tambah yang besar bagi pemerintah dan masyarakat," tandasnya. (avi/dna)












































Foto: Avitia Nurmatari