Pemerintah dikatakan sangat mendukung adanya upaya pemanfaatan energi terbarukan untuk menyediakan sumber daya yang berkelanjutan. Apalagi dengan makin mengglobalnya isu emisi CO2 yang kontra terhadap pelestarian lingkungan global.
Namun harga listrik yang dihasilkan dari energi terbarukan yang tergolong tinggi, sulit terjangkau masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jonan juga mengungkapkan keheranannya, bagaimana PLTG di Sumatera Utara dipasok gasnya dari Timur Indonesia, dan melalui proses yang panjang, sehingga tidak efisien.
"Sebagian dari produksi gas tangguh sebagian dibawa ke Arun, dimasukkan pipa gas pertagas untuk pembangkit listrik di Sumatera Utara. Itu gas paling timur untuk barat. Ini tidak boleh lagi terjadi. Ini kita harus fokus. Presiden selalu menginginkan efisiensi di bidang energi untuk rakyat," tutur dia.
"Ini kan masalah keterjangkauan energi untuk rakyat. Makanya kita harus lebih efisien. ESDM segera menerapkan arahan Presiden itu, bahwa PLTG, boleh dibangun tunjuk langsung di wheel head gasnya. Jadi Pertamina bisa bikin PLTG langsung di wheel head gasnya. Jadi ini penting. Kalau ini dibenahi, cari yang least cost. Saya pribadi tidak akan bangga bauran energi ini tercapai dengan harga berapapun juga, kalau tidak kompetitif," tambahnya.
Ia pun meminta kepada Dirjen EBTKE, Rida Mulyana untuk segera mencari cara agar harga energi baru terbarukan di Indonesia bisa lebih kompetitif sehingga bisa lebih diterima oleh masyarakat.
"Jadi sekali lagi, pemerintah mendukung renewable energy, tapi at the least cost (harga terendah). Kalau nggak, ini harga listrik nggak akan bisa turun, harga energi makin lama nggak kompetitif. Saya masih dua bulan di sini. Kalau sudah lebih lama, pasti saya 'keramasin' bapak tiap hari," canda Jonan. (hns/hns)











































