Ada 2 masalah utama yang sedang masih dicari solusinya oleh Inpex dan pemerintah, yaitu soal penggantian waktu yang hilang akibat berubahnya skema pengembangan, dan kapasitas produksi gas Masela. Tapi kedua masalah ini sudah mulai menemui titik terang, diharapkan dalam waktu dekat bisa terselesaikan.
"Kami masih berdiskusi dengan pemerintah untuk mempercepat proyek Masela," kata Juru Bicara Inpex, Usman Slamet, kepada detikFinance di Jakarta, Rabu (28/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai sekarang itu mereka minta 10 tahun tapi kami melihat angka yang realistis 7 tahun," kata Luhut, pekan lalu.
Sebelumnya, Inpex meminta moratorium kontrak selama 10 tahun antara 2006 sampai 2016. Sebab, pemerintah mengganti skema kilang LNG Masela, dari sebelumnya di lepas pantai (offshore) menjadi di darat (onshore). Pergantian skema ini membuat perencanaan berubah sehingga ada 'waktu yang hilang'.
Dari moratorium ini, Inpex bisa memperoleh perpanjangan kontrak selama 10 tahun, sehingga durasi kontrak mereka yang berakhir tahun 2028 bisa menjadi sampai 2038. Dengan begitu, bila Blok Masela berproduksi tahun 2024, Inpex dapat menikmati masa produksi selama 14 tahun.
Kalau Inpex hanya menikmati produksi gas Masela selama 4 tahun dari 2024-2028, tentu mereka akan rugi besar, tak balik modal, proyek jadi tak ekonomis.
Lalu soal kapasitas produksi Liquified Natural Gas (LNG), Inpex mengusulkan agar ditingkatkan dari 7,5 Million Ton Per Annual (MTPA) menjadi 9,5 MTPA supaya proyek Masela jadi lebih ekonomis. Pemerintah sepakat, kapasitas produksi LNG Masela akan ditambah. Tapi berapa tambahannya masih dihitung dulu berdasarkan data cadangan gas di Masela. (ang/ang)











































