Tingginya harga listrik ini, kata Jokowi, berpengaruh terhadap iklim investasi di Indonesia. Listrik mahal membuat industri di dalam negeri jadi kurang efisien.
Terkait hal ini, Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Rida Mulyana, menyatakan bahwa 'makelar listrik' itu berbisnis di jual-beli listrik yang menggunakan energi fosil (bahan bakar minyak/BBM, gas bumi, batu bara).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun di energi terbarukan, Rida menambahkan, semua produsen listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) menjual langsung kepada PLN tanpa lewat broker. Sumber-sumber energi untuk pembangkit listrik pun diperoleh IPP tanpa lewat makelar.
Sebab, sumber-sumber energi terbarukan seperti panas bumi, air, angin, surya bukan barang yang bisa dipindah-pindahkan seperti halnya batu bara, BBM, atau gas.
"Semuanya direct (jual-beli listrik EBT). Kan bahan bakunya tidak bisa dipindahkan," ujar Rida.
Sebelumnya, Jokowi menyatakan bahwa bisnis energi listrik tak efisien karena adanya perantara. "Kenapa harga listrik kita mahal, karena terlalu banyak beban-beban biaya yang sebetulnya tidak perlu. Terlalu banyak orang di tengah, terlalu banyak yang brokerin terlalu banyak yang makelari," tutur Jokowi.
"Masak antar BUMN ada yang di tengah, masak dari swasta ke PLN ada yang di tengah untuk apa," singgung Jokowi.
Jokowi menginginkan agar bisnis energi listrik dilakukan seefisien mungkin, sehingga harganya bisa murah dan membuat investor ramai melakukan investasi di tanah air.
"Kita blak-blakan saja, negara kita perlu efisiensi di semua lini. Kalau nggak kita akan digilas kompetisi persaingan antar negara," tutup Jokowi. (mca/drk)











































