Sedangkan pertalite sejak 5 Januari 2017 lalu telah dinaikkan oleh PT Pertamina (Persero) dari Rp 7.050/liter menjadi Rp 7.350/liter karena adanya kenaikan harga minyak dunia dan perubahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Kini perbedaan harga antara premium dan pertalite menjadi lebih besar, dari sebelumnya hanya Rp 600/liter menjadi Rp 900/liter. Apakah pengguna pertalite akan beralih kembali ke premium?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalau premium seharga Rp 8.500/liter saja masih normal penjualannya pada 2014 lalu, maka pertalite seharga Rp 7.350/liter pun masih dalam jangkauan masyarakat.
"Kalau kita lihat dengan daya beli masyarakat, tidak terlalu signifikan perubahannya. Masyarakat pernah merasakan premium di harga Rp 8.500/liter pada November 2014," ujar Iskandar saat ditemui di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (6/1/2017).
Iskandar juga optimistis konsumsi pertalite tidak akan anjlok karena pertamax turbo yang harganya Rp 8.700/liter saat diluncurkan saja banyak peminatnya. "Kemarin kita launching pertamax turbo di harga Rp 8.700/liter saja ternyata banyak yang pakai. Motor juga pakai," tuturnya.
Perbedaan harga antara premium dan pertalite juga masih di bawah Rp 1.000/liter. Menurut Iskandar, disparitasnya belum terlampau jauh sehingga psikologis masyarakat belum terpengaruh. "Idealnya (perbedaan harga maksimum antara premium dan pertalite) di angka Rp 1.000-1.200/liter, itu angka psikologis," pungkasnya. (mca/dna)











































