"Berbicara tentang perkembangan LPG di Indonesia tidak terlepas dari kesuksesan konversi minyak tanah ke LPG dari 2007 sampai sekarang. Mulai tahun kemarin juga dilakukan konversi BBM ke LPG untuk nelayan. Dulu konsumsi LPG hanya 1 juta metrik ton pada Feb 2007, saat ini sudah 7 juta ton, naik 700%," tutur Wakil Direktur Utama Pertamina, Ahmad Bambang, dalam acara Forum LPG Indonesia di Hotel Shangri La, Jakarta, Selasa (17/1/2017).
Tapi dari 7 juta ton LPG yang dibutuhkan masyarakat itu, 65% di antaranya impor. Hanya 35% yang berasal dari produksi dalam negeri. Artinya, pasokan LPG sangat bergantung pada impor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Impor LPG akan terus meningkat karena produksi dalam negeri tak bertambah, sementara kebutuhan naik sampai 13% per tahun. Konversi dari minyak tanah ke LPG juga masih terus dijalankan. Ditambah lagi ada program konversi BBM ke LPG untuk nelayan.
Tapi bukannya tak ada upaya untuk menguranginya. Pertamina dan pemerintah sedang mengkaji pengembangan dimetil eter dari batu bara berkalori rendah untuk menggantikan LPG.
"Kita sedang melakukan kajian, kita punya tambang batu bara rendah kalori, bisa jadi dimetil eter, perlu modifikasi tertentu agar bisa dipakai di rumah tangga. Kita mencari energi-energi lain untuk mengkonversi LPG," tutupnya. (mca/dna)