Pemerintah Cari Energi Alternatif untuk Tekan Impor LPG

Pemerintah Cari Energi Alternatif untuk Tekan Impor LPG

Michael Agustinus - detikFinance
Selasa, 17 Jan 2017 15:34 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Pada 2007 lalu, pemerintah memulai program konversi minyak tanah ke Liquified Petroleum Gas (LPG) karena pasokan minyak tanah bergantung pada impor dan harganya mahal, perlu dana subsidi yang besar agar terjangkau masyarakat.

Tapi sekarang LPG pun serupa dengan minyak tanah dan BBM. Sebanyak 70% pasokan LPG untuk kebutuhan dalam negeri berasal dari impor. Subsidi LPG 3 kg juga cukup besar, sekitar Rp 20 triliun/tahun.

Salah satu isi Nawacita yang digagas oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah kemandirian ekonomi, termasuk kemandirian energi. Maka perlu dicari sumber energi alternatif untuk menggantikan LPG, yang tidak perlu diimpor dan harganya terjangkau tanpa disubsidi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Pembinaan Hilir Migas Kementerian ESDM, Setyorini Tri Hutami, mengatakan bahwa pihaknya tengah mengkaji dimetil eter dari batu bara kalori rendah untuk menggantikan LPG.

"Kita sedang melakukan kajian, kita punya tambang batu bara rendah kalori, bisa jadi dimetil eter, perlu modifikasi tertentu agar bisa dipakai di rumah tangga. Kita mencari energi-energi lain untuk mengkonversi LPG," kata Rini dalam Forum LPG Indonesia di Hotel Shangri La, Jakarta, Selasa (17/1/2017).

Namun pengembangan dimetil eter ini baru sebatas kajian, belum diaplikasikan dalam skala besar untuk masyarakat. "Masih kita kaji," ucap Rini.

Sementara itu, Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Ahmad Bambang, mengungkapkan bahwa pasokan LPG baik dari dalam maupun luar negeri ke depan bakal semakin sulit didapat. Gas C3 dan C4 untuk LPG merosot produksinya, sebagian besar gas yang baru berproduksi adalah C1 yang kandungan karbonnya lebih rendah, massanya lebih ringan.

"Gas di Indonesia itu makin ringan, kandungan C3 C4 makin nggak ada, hasil LPG makin turun. Di luar negeri pun sama, suplai LPG ke depan makin sulit," kata Bambang.

SVP Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina, Daniel Purba, menambahkan bahwa ketergantungan Indonesia pada LPG impor meningkat di 2017. Di samping adanya pertumbuhan konsumsi, produksi LPG di dalam negeri juga terus melorot.

"Kita impor 5 juta ton LPG di 2017. Kenaikannya karena konsumsi, terus produksi dalam negeri turun. (Produksi LPG) Dari Bontang turun, satu lapangan lagi juga turun," paparnya.

Maka sudah saatnya Indonesia beralih dari LPG demi kemandirian energi. Harus dicari sumber energi yang ketersediaannya terjamin dalam jangka panjang dan harganya murah. (mca/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads