"2.500 desa itu kita targetkan 2019 sudah terlistriki," kata Direktur Perencanaan PLN, Nicke Widyawati, dalam diskusi di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Rabu (25/1/2017).
Nicke menambahkan, menurut data PLN sebenarnya desa tak berlistrik di Indonesia jumlahnya lebih dari 2.500. Angka 2.500 desa adalah data dari Badan Pusat Statistik (BPS), berbeda dengan data PLN.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"2.500 desa itu kan data BPS. Sebenarnya di luar itu kita sudah punya program juga. Masing-masing regional sudah punya program," tutur Nicke.
PLN akan membangun pembangkit hybrid serta Mobile Power Plan (MPP) untuk menerangi desa-desa terpencil, terutama di Indonesia Timur.
"Untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di wilayah Indonesia bagian Timur yang isolated, kita akan meningkatkan percepatan pasokan di wilayah krisis dengan menggunakan Mobile Power Plant, pembangkit hybrid dengan energi terbarukan baik on grid dan off grid dengan mengutamakan potensi energi lokal," paparnya.
Selain itu, PLN juga mematok target rasio elektrifikasi nasional mencapai 100% pada 2024. Artinya, seluruh wilayah Indonesia sudah harus berlistrik 7 tahun lagi.
Target rasio elektrifikasi 100% di 2024 ini akan dicantumkan dalam revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017-2026. Dalam RUPTL yang lama, target rasio elektrifikasi 100% ditargetkan tahun 2027.
"Rasio elektrifikasi 100% di dalam RUPTL terbaru akan terjadi lebih cepat, sebelumnya pada setelah 2027. Ini kita dorong sehingga tahun 2024 akan tercapai 100%," cetus Nicke.
Agar dapat mencapai rasio elektrifikasi 100% itu, dalam 10 tahun ke depan Indonesia membutuhkan tambahan pasokan listrik hingga 75.900 MW, transmisi 67.785 kilometer sirkit (kms), dan gardu induk berkapasitas 164.544 MVA di seluruh Indonesia. Dari 75.900 MW itu, di antaranya berasal dari program 35.000 MW.
"Program 35.000 MW akan tetap berjalan, namun realisasi COD (Commercial Operation Date) akan disesuaikan dengan pertumbuhan demand listrik," pungkasnya. (mca/hns)