"Lahirnya Pertalite yang kini menjadi produk bahan bakar favorit masyarakat dan bahkan menjadi Product of the Year 2016 merupakan buah dari inovasi Pertamina, di mana seluruh manajemen Pertamina sangat mendukung kemunculan dari produk dengan RON 90 tersebut," kata VP Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, dalam keterangan tertulis, Senin (13/2/2017).
Pertamina memiliki pusat-pusat produksi baik kilang maupun blending facilities dengan proses yang memenuhi kaidah dan standard industri dan pengendalian mutu yang terjamin, sehingga dihasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang ditetapkan pemerintah. Untuk proses pembuatan pada blending facilities, pencampuran dilakukan dengan dua teknik, pertama inline blending yaitu melalui pipa pengisian BBM ke tangki di New Gantry System dengan komposisi tertentu dan kedua in tank blending atau proses pencampuran dilakukan di dalam tangki penimpunan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai produk resmi Pertamina, pertalite menjadi pilihan baru bagi konsumen yang memiliki ekspektasi spesifkasi lebih tinggi namun dengan harga yang relatif terjangkau. Penerimaan pasar terhadap pertalite juga luar biasa besar. Pada Januari 2016, pertalite masih terjual sekitar 3.500 KL per hari, namun pada Desember penjualan mencapai sekitar 33.000 KL per hari.
"Sepanjang tahun lalu total volume penjualan pertalite mencapai 5,8 juta KL. Hingga saat ini penjualan pertalite terbukti terus mengalami tren peningkatan," terangnya.
Pertalite, bersama dengan Pertamax Series telah menggerus penjualan premium dari semula di kisaran 80 ribu KL per hari menjadi sekitar 45 ribu KL per hari. Penurunan tersebut, katanya, terjadi secara alamiah karena adanya pergeseran pola konsumsi bahan bakar di masyarakat.
"Sekarang jika melihat SPBU Pertamina, banyak konsumen ramai menunggu giliran pengisian pada dispenser pertamax dan pertalite. Pemandangan seperti itu terjadi di hampir semua SPBU, kendati premium masih disediakan," tutup Wianda. (mca/hns)











































