"Target selama 2016 itu US$ 2,1 miliar, realisasinya US$ 2,67 miliar dolar, ini didapat berdasarkan inisiatif," kata Wianda dalam acara update kinerja Pertamina 2016 dan pogres proyek Pertamina di Hulu dan Hilir di Jakarta, Senin (13/2/2017).
Wianda menjelaskan, beberapa inisiatif yang dilakukan Pertamina, seperti pada renegoisasi kontak, negosiasi kontrak eksisting, optimasi inventory, maupun dari sentralisasi material. Terdapat US$ 55 juta dari efisiensi untuk sentralisasi procurement, dan efisiensi di hulu, serta US$ 56 juta dengan inisiatif efisiensi pengolahan yang sudah dikurangi pada perhitungan efisiensi konsolidasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Wianda, efisiensi juga dilakukan sebagai bumper atau dana cadangan sebagai antisipasi harga minyak dunia yang dianggap masih fluktuasi.
"Jadi pencapaian yang berhasil dicapai jauh melebihi target, yaitu US$ 2,67 miliar," ungkapnya.
Dari efisiensi tersebut, kata Wianda, juga memberikan pengaruh terhadap capaian kinerja keuangan perusahaan. Di mana, laba bersih Pertamina pada 2016 (unaudited) menjadi US$ 3,14 miliar meskipun pendapatan mengalami penurunan dari US$ 41,76 miliar menjadi US$ 36,45 miliar.
"Ini dibantu dari beberapa efisiensi internal, upstream yang butuh biaya besar, tapi kita sukses melakukan efisiensi," jelasnya. (hns/hns)