Jonan menilai bahwa objek-objek vital yang berkaitan dengan pasokan listrik dan bahan bakar minyak (BBM) saat ini pengamanannya masih minim, belum mampu mengantisipasi ancaman terorisme dengan baik. Dikhawatirkan objek-objek vital ini jadi sasaran teroris.
"Saya ucapkan terima kasih Bapak (Suhardi Alius) mau tanda tangan kerja sama ini untuk pengamanan objek-objek vital. Yang paling bahaya adalah objek vital yang bisa mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Misalnya P2B Gandul yang mengatur beban listrik Jawa-Bali. Menurut saya pengamanannya minim," kata Jonan usai penandatanganan Nota Kesepahaman, di Kementerian ESDM, Senin (12/3/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BNPT diminta membuatkan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk pengamanan di objek-objek vital tersebut.
"Depo Pertamina di Plumpang, di Padalarang. Kemudian Kilang Balongan juga saya kira perlu diperkuat. Di samping itu Blok Rokan, Blok Cepu. Mohon kerja sama pembuatan SOP pengamanan," katanya.
Jonan menyebut pengamanan di Lapangan Tangguh, Teluk Bintuni, Papua yang dikelola oleh British Petroleum (BP) sebagai objek vital dengan pengamanan bagus. Objek-objek vital lain harus mencontoh pengamanan di sana.
"Di Bintuni itu level security-nya amat ketat. Kalau bisa objek vital Pertamina dan PLN juga seperti itu. Kalau sudah kejadian (diserang teroris) percuma," ucapnya.
Selain pengamanan di objeknya, Jonan juga meminta pengamanan sistem IT diperketat.
"IT di hulu migas dan listrik kurang canggih menurut saya. Semua operator, PLN, Pertamina, harus menyempurnakan. Menurut saya masih kurang," tutupnya. (mca/hns)











































