Tetapi PTFI masih tetap ingin mempertahankan KK. Akibatnya, stok konsentrat menumpuk, produksi bijih mineral terpaksa dipangkas. Sampai saat ini, sebagian besar produksi di tambang bawah tanah PTFI masih terhenti. Pemerintah dan PTFI masih bernegosiasi untuk mencari solusi yang memuaskan kedua belah pihak.
Produksi bijih mineral mentah (ore) dari tambang bawah tanah PTFI yang dalam kondisi normal mencapai 50.000 ton per hari kini hanya tinggal 15.000 ton atau sekitar 25% saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terlepas dari proses negosiasi yang berjalan, cadangan di dalam kompleks Grasberg block cave harus dijaga keekonomian dan kelayakan tambangnya melalui langkah-langkah pemeliharaan yang baik sehingga pada saatnya sudah siap untuk dioperasikan normal kembali," kata Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Tino Ardhyanto, saat dihubungi detikFinance, Kamis (16/3/2017).
Tambang bawah tanah PTFI menggunakan metode block caving, yaitu menggali terowongan menuju tempat cadangan bijih mineral di bawah tanah, meledakkan badan bijih hingga hancur di dalam tanah, lalu menariknya keluar secara bertahap lewat jalur-jalur terowongan yang sudah dibuat.
Dengan metode ini tegangan di bawah tanah diatur agar jangan sampai ambruk. Ibarat meja dengan 4 kaki, harus terus dibuat seimbang meski kaki meja dipotong satu per satu perlahan-lahan.
Metode block caving membutuhkan kontinyuitas, produksi jangan sampai produksi terhenti dalam waktu lama. Ada risiko yang mungkin timbul bila produksi mengalami gangguan.
Dalam metode block caving, produksi ibarat maintenance alias perawatan. Ketika produksi terganggu, berarti perawatannya juga kurang. Irwandy menjelaskan, badan bijih yang sudah dihancurkan di dalam tanah tetapi tidak segera ditarik keluar, akan terjadi akumulasi tekanan.
Belum lagi kalau curah hujan tinggi dan badan bijih yang sudah diledakkan di bawah tanah terkena air. Badan bijih bisa mengeras lagi dan jadi sangat sulit untuk diambil. Perlu langkah-langkah preventif supaya cadangan mineral di bawah tanah tak hilang.
"Secara teknis, situasi Grasberg Block Cave memiliki potensi yang besar untuk kehilangan nilai keekonomian dan kelayakan tambangnya apabila pengelolaan preventif tidak dilakukan sedini mungkin," ucap Tino.
Risiko ini sudah pernah terjadi. PTFI kehilangan cadangan ketika tahun 2011 lalu para pekerja di tambang bawah tanah melakukan mogok kerja selama berbulan-bulan. 20% cadangan di DOZ tak bisa diambil lagi karena sudah terikat kembali.
Ada risiko lebih ekstrim yang dapat terjadi akibat terganggunya produksi dalam waktu lama, yaitu tambang bawah tanah kolaps.
Bijih mineral yang mengeras karena terlambat ditarik keluar mengeras, membuat tekanan di dalam tanah semakin besar, lalu terowongan ambruk akibat tak bisa menahan tekanan. Ambruknya tambah bawah tanah berarti investasi dan cadangan mineral bernilai triliunan rupiah hilang.
"Pada metode penambangan bawah tanah dengan menggunakan teknik block cave atau runtuhan, kondisi batuan lubang bukaan untuk produksi yang terletak di bawah cadangan yang akan diekstraksi mengalami perubahan yang dapat menimbulkan permasalahan seperti longsoran dan runtuhan terutama dengan kondisi hidrogeologi dan struktur yang ada," tutupnya. (mca/dna)