Dikeruk Freeport, Emas dan Tembaga di Papua Tersisa Berapa?

Dikeruk Freeport, Emas dan Tembaga di Papua Tersisa Berapa?

Michael Agustinus - detikFinance
Senin, 20 Mar 2017 11:47 WIB
Foto: Istimewa/Puspa Perwitasari
Jakarta - PT Freeport Indonesia telah mengeruk cadangan emas dan tembaga dari Grasberg, Papua, sejak 1991. Dari total cadangan mineral di Tambang Grasberg yang mencapai 3,8 miliar ton, sebanyak 1,7 miliar ton telah diambil Freeport.

Jumlah cadangan emas dan tembaga yang tersisa diperkirakan masih 2,1 miliar ton.

"Sampai hari ini, Freeport sudah menambang 1,7 miliar ton. Yang tersisa sampai 2041 adalah 2,1 miliar ton," ungkap SVP Geo Engineering PT Freeport Indonesia, Wahyu Sunyoto, dalam diskusi Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (20/3/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Tambang Bawah Tanah Freeport Tak Boleh Terbengkalai

Ia menambahkan, cadangan emas dan tembaga di Grasberg baru habis pada 2054. "Cadangan yang ada sekarang masih tersisa sampai 2054. Siapa pun yang akan mengoperasikan wilayah itu di kemudian hari masih ada cadangan," ucapnya.

Cadangan emas dan tembaga di Grasberg adalah salah satu yang terbesar di dunia. Tetapi kekayaan alam itu ditemukan lewat berbagai upaya yang tidak mudah.

Wahyu menuturkan, eksplorasi pertambangan di Papua sangat berisiko. Ditambah lagi cadangan berada di lokasi-lokasi terpencil yang minim infrastruktur, tersembunyi di hutan dan pegunungan.

"Intinya penambangan di Papua sangat berisiko tinggi. Pada saat eksplorasi, di Papua tidak ada data sama sekali, kita mulai dari nol. Pemerintah belum siap, yang ada hanya peta militer peninggalan Zaman Belanda," ujarnya.

Butuh teknik khusus untuk menemukan cadangan mineral di Papua.

"Wilayah pertambangan kami secara topografi sangat sulit sehingga tak mudah merancang infrastruktur untuk tambang kami. Tantangan utama eksplorasi di Papua, daerahnya yang sangat terpencil. Kita tidak bisa eksplorasi secara konvensional, harus memanfaatkan Helicopter Hoist Sampling Technique," paparnya.

Baca juga: Tambang Bawah Tanah Freeport Setop Produksi, Apa Risikonya?

Butuh modal besar untuk mengembangkan Tambang Grasberg di Papua. Freeport sampai menjual aset-asetnya di seluruh dunia supaya punya modal buat investasi di Grasberg.

Investasi dalam skala besar untuk bisnis berisiko tinggi ini, menurut Wahyu, butuh stabilitas jangka panjang. Itulah sebabnya Freeport ingin tetap mempertahankan Kontrak Karya (KK).

"Freeport menjual aset di seluruh dunia untuk diinvestasikan di Grasberg, dan menggandeng Rio Tinto. Betapa penting investasi jangka panjang mendapat stabilitas dari pemerintah," tukasnya. (mca/hns)

Hide Ads