Berlokasi di galangan anjungan migas terbesar se-Asia Pasifik, yang berada di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dan istrinya Ratna Jonan akan meresmikan nama kapal Floating Production Unit (FPU).
Pantauan detikFinance, Selasa (21/3/2017), lokasi fasilitas terapung berbentuk kapal raksasa ini berjarak kurang lebih 17 km dari Pelabuhan Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau dengan waktu tempuh sekitar 35 menit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kapal FPU sepanjang 200 meter ini dibuat oleh konsorsium Saipem, Tripatra, Chiyoda, and Hyundai Heavy Industries. Badan kapal dibuat oleh Hyundai di Korea dan dikirim ke Indonesia, tiba di Pulau Karimun pada Oktober 2016 lalu.
Di Karimun, Saipem membuatkan bagian atas kapal seberat 14.000 ton. Pemasangannya dilakukan dengan menggeser Topside Moduledari darat menggunakan semacam rel ke atas kapal. Proses pemindahannya cukup sulit, harus pas agar Topside Module bisa terpasang di kapal.
Di kapal berukuran panjang 200 meter dan lebar 46 meter ini terdapat berbagai fasilitas, di antaranya helipad untuk helikopter mendarat, juga fasilitas untuk tempat tinggal para pekerja.
![]() |
Saat ini, Menteri ESDM Ignasius Jonan bersama istri Ratna Jonan akan mengukuhkan kapal tersebut dengan nama kapal FPU Jangkrik. Kapal FPU yang telah terpasang kokoh ini nantinya akan memproduksi gas dari Lapangan Jangkrik, Blok Muara Bakau.
Setelah diresmikan namanya, selang beberapa hari ke depan, Kapal FPU akan berlayar ke Lapangan Jangkrik di Selat Makassar, disambungkan dengan pipa-pipa bawah laut dan pipa-pipa di darat yang menuju ke Kilang LNG Bontang, Kalimantan Timur.
Fungsi FPU ini adalah menampung gas dari Lapangan Jangkrik dan mengalirkannya ke Kilang Bontang untuk diproses menjadi Liquified Natural Gas (LNG/gas alam yang dicairkan). Kapal ini rencananya mulai beroperasi pada Juli 2017, ketika gas mulai mengalir.
![]() |
Keberhasilan pembuatan dan pemasangan Topside Module seberat 14.000 ton ini, merupakan bukti keandalan galangan-galangan di Indonesia. Hal inilah yang membuat SKK Migas berani mengambil keputusan untuk mewajibkan semua kontraktor migas di Indonesia untuk menggunakan kapal, anjungan, dan topside 'Made in Indonesia' mulai 12 Agustus 2016.
Diyakini galangan-galangan kapal di Indonesia sudah mampu memenuhi kebutuhan kapal untuk keperluan hulu migas nasional, begitu juga dengan platform dan topside.
Indonesia sudah punya banyak sekali galangan kapal dan fabrication shipyard. Sebagai contoh, galangan milik Saipem di Karimun ini sudah termasuk kelas dunia. Jadi para pengusaha hulu migas tak perlu impor kapal-kapal dan anjungan lagi.
![]() |
Produksi gas dari Lapangan Jangkrik akan mencapai 450 MMSCFD. Sekitar 270 MMSCFD akan dijual ke PT Pertamina (Persero) untuk kebutuhan dalam negeri.
Biaya investasi yang telah dikeluarkan Eni untuk proyek Muara Bakau mencapai US$ 4 miliar atau Rp 52 triliun. Sekitar US$ 3 miliar alias Rp 39 triliun di antaranya untuk pembuatan FPU.
Sebagai informasi, Blok Muara Bakau terletak di lepas pantai (offshore) Kutei Basin, 70 kilometer (km) dari garis pantai Kalimantan Timur. Cadangan gas di Lapangan Jangkrik ditemukan pertama kali pada 2009.
![]() |
Saat ini 55% hak partisipasi Blok Muara Bakau (Participating Interest/PI) dimiliki oleh Eni Muara Bakau BV. Sisanya 33% dipegang oleh ENGIE dan 11,7% milik PT Saka Energi Muara Bakau. (dna/dna)