Pembangkit batu bara milik Independent Power Producer (IPP) bernama PT Lestari Banten Energi ini, telah rampung dan sejak Januari 2017 lalu telah memasuki tahap commisioning alias uji coba.
Jika selama masa uji coba ini beroperasi dengan baik, tidak ada gangguan, maka pembangkit akan beroperasi secara komersial (Commercial Operation Date/COD) pada Mei 2017.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini (PLTU Banten) sekarang lagi commisioning, kalau sesuai kontrak pertengahan tahun ini COD. Dari awal tahun ini sudah commisioning," kata Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Barat PLN, Murtaqi Syamsuddin, saat ditemui di Gardu Induk Kalibaru, Jakarta, Rabu (22/3/2017).
Perjanjian jual-beli listrik (Power Puchase Agreement) dari PLTU Banten telah ditandatangani oleh Lestari Banten Energi dan PLN pada 10 Juli 2012 lalu.
Dari 660 MW listrik yang dihasilkan PLTU Banten, PLN akan membeli 600 MW. Sedangkan sisanya 60 MW akan digunakan Lestari Banten Energi untuk keperluan sendiri.
Pengadaan proyek ini menggunakan skema build, own, operate, and transfer (BOOT). Jadi pembangkit ini nantinya menjadi milik PLN setelah habis masa kontraknya dalam 25 tahun.
PLTU Banten menggunakan mesin dengan teknologi supercritical boiler. Biaya investasi untuk pembangunan pembangkit mencapai US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 13,3 triliun (dengan asumsi kurs dolar Rp 13.300).
Proyek ini termasuk dalam program 35.000 MW. PLTU Banten akan menjadi pembangkit batu bara yang pertama kali mencapai tahap COD di program 35.000 MW. (mca/dna)